Liputan6.com, Bandung - Dua gunung api di Indonesia meletus (erupsi) sejak memasuki pertengahan September 2022. Gunung api tersebut yakni Gunung Ibu, Maluku Utara dan Gunung Ili Lewotolok, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Kejadian letusan terakhir terjadi di Gunung Ibu, Maluku Utara, pukul 10.20 WIT dengan tinggi kolom abu teramati lebih kurang 1.000 meter di atas puncak, atau kurang lebih 2.325 meter di atas permukaan laut (m dpl).
Baca Juga
Menurut Kepala Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Eko Budi Lelono, kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah barat.
Advertisement
"Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 28 mm dan durasi kurang lebih 55 detik," ujar Eko dalam keterangan tertulis, Bandung, Senin, 19 September 2022.
Eko menegaskan saat ini Gunung Ibu berada pada Status Level II atau Waspada) dengan rekomendasi masyarakat di sekitar gunung dan pengunjung, wisatawan agar tidak beraktivitas di dalam radius 2,0 km. Selain itu, daerah yang tidak boleh didekati sesuai kawasan rawan bencana (KRB) yaitu perluasan sektoral berjarak 3,5 km ke arah bukaan kawah di bagian utara dari kawah aktif Gunung Ibu.
"Jika terjadi hujan abu, masyarakat yang beraktivitas di luar rumah disarankan untuk menggunakan pelindung hidung, mulut (masker) dan mata (kacamata)," kata Eko.
Sebelumnya, kejadian serupa terjadi di Gunung Ibu pada 15 September 2022 pukul 19.01 WIT dengan tinggi kolom abu teramati sekira 800 meter di atas puncak atau 2.125 meter di atas permukaan laut (m dpl). Saat itu kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah barat laut.Â
"Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 30 mm dan durasi kurang lebih 1 menit 10 detik," jelas Eko.
Sedangkan informasi letusan di Gunung Ili Lewotolok, Nusa Tenggara Timur, terakhir dilaporkan 16 September 2022 pukul 11.51 WITA. Tinggi kolom abu teramati sekitar 1.500 meter di atas puncak atau sekitar 2.923 meter di atas permukaan laut (mdpl).Â
"Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah barat daya. Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 33 mm dan durasi kurang lebih 43 detik," sebut Eko.
Letusan Gunung Ili Lewotolok ini disertai dentuman dan gemuruh kuat. Saat ini, Gunung Ili Lewotolok berada pada Status Level III atau Siaga. Eko menyebutkan otoritasnya telah menerbitkan rekomendasi bahwa belum ada perubahan status kewaspadaan vulkanik gunung api tersebut.
"Masyarakat di sekitar Gunung Ili Lewotolok maupun pengunjung, pendaki, wisatawan tidak melakukan aktivitas di dalam radius 3 km dari puncak atau kawah, radius 3.5 km untuk sektor tenggara, radius 4 km untuk sektor timur dan timurlaut," sebut Eko.
Eko mengimbau masyarakat Desa Lamawolo, Desa Lamatokan, dan Desa Jontona agar selalu mewaspadai potensi ancaman bahaya dari guguran, longsoran lava dan awan panas dari bagian timur puncak atau kawah Gunung Ili Lewotolok.
Potensi bahaya abu vulkanik yang dapat mengakibatkan gangguan pernapasan (ISPA) maupun gangguan kesehatan lainnya, maka masyarakat yang berada di sekitar Gunung Ili Lewotolok agar menyiapkan masker penutup hidung dan mulut maupun perlengkapan lain untuk melindungi mata dan kulit.
"Masyarakat yang bermukim di sekitar aliran sungai-sungai yang berhulu di puncak Gunung Ili Lewotolok agar mewaspadai potensi ancaman bahaya lahar terutama di saat musim hujan," ungkap Eko.
Gunung Ili Lewotolok mengalami tiga letusan vulkanik di waktu dan hari berbeda di September 2022. Sementara, Gunung Ibu tercatat mengalami dua kali letusan di waktu dan hari berbeda.