Sukses

Misteri Kematian Janggal Siswi SD di Blora Viral Jadi Pesan Berantai

Seorang bocah SD di Blora dikabarkan meninggal karena jatuh dari kursi di rumahnya. Namun ada kejanggalan saat jasad korban dimandikan.

Liputan6.com, Blora - Polres Blora menanggapi viralnya kasus kematian siswi SD di wilayah hukum kota setempat yang hingga kini masih menjadi misteri. Banyak yang bertanya-tanya, mengapa pihak kepolisian tidak melakukan autopsi hingga akhirnya jenazah anak tersebut sudah terlanjur dikebumikan.

Kasatreskrim Polres Blora, AKP Supriyono saat dikonfirmasi Liputan6.com, Selasa (20/9/2022) mengatakan, pihak kepolisian dalam melaksanakan autopsi jenazah siswi tersebut harus ada izin dari pihak keluarga.

"Kita waktu itu sudah meminta dan memohon, tapi pihak keluarga tidak memperbolehkan," kata Supriyono saat dihubungi melalui ponselnya.

Menyikapi kasus yang terjadi, pucuk pimpinan Satreskrim Polres Blora selanjutnya mempertanyakan kepada awak media ini tentang ada tidaknya regulasi yang bisa jadi rujukan autopsi bisa dilakukan, kendatipun tidak diperbolehkan pihak keluarga.

Lalu, ia juga menegaskan dalam mengambil langkah pihaknya tidak melakukan autopsi juga sudah meminta petunjuk pimpinan, yakni dalam hal ini adalah Kapolres Blora AKBP Fahrurozi.

"Yang jelas waktu itu saya sudah minta petunjuk pak Kapolres, kalau memang tidak ada izin dari keluarga, tidak ada laporan, kita tidak berani untuk memaksakan untuk autopsi," tegas Supriyono.

Berdasarkan keterangan yang didapatkan Satreskrim Polres Blora dari pihak keluarga, bahwasannya korban sampai meninggal dunia penyebabnya lantaran jatuh dari sebuah kursi depan lemari.

"Si korban jatuh dari kursi depan lemari, kursi plastik yang ada dalam rumah di dapur," jelasnya.

Seperti diketahui, kabar kematian seorang siswi SD di Kabupaten Blora ini viral dan jadi pesan berantai di jagat maya lantaran dianggap tidak wajar. Korban sebelumnya dilaporkan jatuh dari kursi rumahnya, pada Sabtu 10 September 2022 lalu.

Sejumlah awak media di Blora sebelumnya mendapati keterangan berbeda saat jenazah bocah perempuan berusia 8 tahun itu dimandikan, yakni adanya sejumlah luka ditemukan pada beberapa bagian tubuh korban, seperti pada bagian mulut, pelipis kepala, kepala belakang, luka warna hitam di kedua leher, hingga luka bekas cubitan di perut korban.

 

2 dari 2 halaman

Terkait Sekolah?

Sementara itu Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Blora, Aunur Rofiq saat dikonfirmasi Liputan6.com mengaku, pihaknya sudah mendengar informasi tersebut.

"Saya sudah dapat informasi tapi belum begitu jelas," kata Aunur Rofiq.

Aunur Rofiq menambahkan bahwa pihaknya belum jelas apakah adanya kasus yang viral ini ada atau tidak kaitannya dengan sekolah.

Menurutnya, terkait kasus ini pihaknya juga akan komunikasi dengan Dinas Sosial, Perlindungan Perempuan dan Anak Kabupaten Blora. Semata-mata agar mengetahui informasi lebih gamblang.

"Kita mencari informasinya juga ke sosial, karena apakah itu ada kaitannya dengan sekolahan apa tidak," terangnya.

Lebih lanjut, Aunur Rofiq juga belum mengetahui secara gamblang tentang hari terakhir korban masuk sekolah, sebelum akhirnya viral kabar telah meninggal dunia.

"Belum, nanti saya akan komunikasikan dengan bidang yang membidangi. Biar mencari info yang jelas, apakah itu memang kejadiannya ada kaitannya dengan sekolah atau hanya internal keluarga," katanya.

"Kalau internal keluarga berarti itu nanti sudah wilayahnya sosial," katanya. 

Membahas kasus ini di ruang publik dipandang perlu agar terang benderang. Selain itu, publik biar bisa mengetahui secara gamblang seperti apa tanggapan para pemangku kepentingan.