Sukses

Ternyata Bunga Bangkai Tidak Ditemukan di Bengkulu, Begini Faktanya

Tidak seperti jenis bunga pada umumnya, bunga Rafflesia yang kerap disebut bunga bangkai hanya berupa kuncup atau bunga mekar.

Liputan6.com, Bengkulu - Bunga Rafflesia Arnoldi atau kerap disebut sebagai bunga Rafflesia merupakah salah satu tanaman khas Indonesia. Bunga yang satu ini menjadi salah satu flora kebanggaan Indonesia sekaligus misterius.

Tidak seperti jenis bunga pada umumnya, bunga Rafflesia yang kerap disebut bunga bangkai hanya berupa kuncup atau bunga mekar. Tidak ada batang, daun dan akar pada bunga ini, sehingga dinilai para ahli cukup unik.

Bunga eksotis ini juga memiliki sejarah yang cukup panjang. Bunga Rafflesia pertama kali ditemukan pada abad ke- 18 di Nusakambangan, tetapi ada juga beberapa sumber menyebut bunga ini ditemukan di Bengkulu.

Dikutip dari berbagai sumber, sebetulnya orang asing yang pertama melihat jenis Rafflesia bukanlah Stamford Raffles ataupun Dr Joseph Arnold tetapi Louis Auguste Deschamps. Louis Auguste Deschamps adalah seorang dokter dan penjelajah alam berasal dari Prancis.

Ia berlayar dan menjelajah ke Jawa pada akhir abad ke-18. Deschamp sempat ditangkap oleh Belanda. Oleh Gubernur Jendral Belanda saat itu, Van Overstraten, ia tidak ditahan dan justru diminta untuk melakukan ekspedisi di Pulau Jawa selama tiga tahun dari 1791 sampai dengan 1794.

Louis Auguste Deschamps kemudian secara aktif menjelajah dan mengumpulkan banyak jenis tumbuhan di pedalaman pulau Jawa. Kemudian, ia menulis draf awal "Materials towards a flora of Java".

 

Saksikan video pilihan sebagai berikut:

2 dari 3 halaman

Mengumpulkan Spesimen

Deschamps pertama kali melihat, mengumpulkan spesimen, dan menggambarkan Rafflesia yang ditemukan di Pulau Nusakambangan pada tahun 1797 atau 20 tahun lebih dahulu daripada penemuan Dr Joseph Arnold. Setahun kemudian, pada 1798 Deschamps pulang ke Prancis dengan membawa semua koleksinya, lengkap dengan catatannya selama menjelajah pulau Jawa.

Saat mendekati Selat Inggris, kapalnya ditangkap dan semua koleksinya dirampas oleh Inggris. Setelah melihat rampasan koleksi spesimen milik Deschamps, para ahli botani Inggris sadar bahwa Deschamps telah menemukan jenis yang sangat unik dan tidak pernah dilihat sebelumnya.

Kemudian ada semacam kompetisi rahasia antar ahli botani tentang siapa yang akan membuat publikasi tentang jenis flora yang sangat menakjubkan itu. Para ahli botani Inggris ini berpendapat siapapun orangnya, bunga eksotis ini harus dideskripsikan atau dinamakan oleh orang Inggris, bukan Belanda apalagi Prancis.

Sehingga Raffles yang saat itu sebagai Gubernur Jenderal Inggris di Bengkulu, memerintahkan William Jack untuk segera mendeskripsikan jenis yang ditemukan di Bengkulu Selatan. William Jack merupakan seorang dokter dan penjelajah alam, yang menggantikan Dr Joseph Arnold.

Artikel yang ditulis William Jack menyebutkan bahwa jenis flora tersebut sebagai R. titan, dan dikirimkan ke London pada bulan April 1820. Malangnya artikel dari William Jack secara misterius tidak langsung diterbitkan.

 

3 dari 3 halaman

Penemuan Menggemparkan

Sampai kemudian Robert Brown membacakan penemuan yang menggemparkan di hadapan anggota Linnean Society pada tanggal 30 Juni 1820. Artikel dari William Jack akhirnya diterbitkan pada bulan Agustus 1820. Robert Brown menamakan bunga ini sebagai Rafflesia arnoldii R.Br.

Nama R. Br. merupakan singkatan dari Robert Brown. Nama jenis ini merupakan nama yang digunakan untuk menghormati, Sir Stamford Raffles dan Dr Joseph Arnold.

Walaupun pertama kali dideskripsikan, tetapi karena dipublikasikan terlambat, maka nama Rafflesia titan tidak dipakai sebagai nama bunga ini. Rafflesia titan dianggap sebagai sinonim dari Rafflesia arnoldii.

Kejadian ini dianggap sebagai ironi karena William Jack lah yang mengirimkan beberapa spesimen dari Bengkulu Selatan yang boleh jadi digunakan oleh Robert Brown untuk mendeskripsikan jenis baru tersebut.

Selang empat tahun setelah artikel dari Robert Brown ini diterbitkan, bunga yang dilihat oleh Deschamps di Nusakambangan kemudian dinamakan Rafflesia patma oleh C.L. Blume pada tahun 1825. C L Blume adalah seorang Belanda keturunan Jerman yang menjabat sebagai direktur Kebun Raya Bogor saat itu.