Liputan6.com, Semarang - Kapten CPM Purnawirawan Sanjoto adalah seorang veteran Indonesia yang pernah terlibat langsung dalam aksi perburuan DN Aidit dalam peristiwa G30S. Rumah yang ia tempati sekarang merupakan tempat persinggahan DN Aidit dan gerombolannya yang menjadi target penggerebekan Sanjoto bersama dengan regunya pada masa itu.
Rumah tersebut berlokasi di Jalan Belimbing Raya Nomor 34, Peterongan, Semarang, Jawa Tengah. Ia menceritakan bagaimana detik-detik penggerebekan terhadap DN Aidit dan gerombolannya saat singgah di Kota Semarang. Peristiwa tersebut terjadi satu minggu usai peristiwa G30S pada 1965.
Saat itu, Sanjoto bertugas sebagai anggota Intel Pomdam. Ketika DN Aidit singgah di rumah Jalan Belimbing, dia telah mempersenjatai diri menjaga segala kemungkinan jika ada perlawanan.
Advertisement
Baca Juga
Ia menambahkan, saat itu, dirinya secara kebetulan telah membaca keadaan di dalam ruangan. Ternyata rombongan DN Aidit sudah pergi ke timur (Solo).
Kisah tersebut membawa pria kelahiran 17 November 1930 ini memiliki cerita tersendiri dengan bangunan tersebut. Sejak 1969, ia telah menempati bekas rumah persembunyian tersebut bersama istri dan keluarganya.
Sebelumnya, rumah tersebut dalam kondisi kosong dan sempat disita negara. Namun, seiring berjalannya waktu, rumah tersebut kembali bisa ditempati Sanjoto setelah pemerintah mengetahui jika dirinya merupakan pejuang veteran kemerdekaan RI.
Â
Saksikan video pilihan berikut ini:
Renovasi
Sayangnya, kondisi rumah tersebut cukup memprihatinkan. Namun, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, bersama dengan Dandenpom IV/5 Semarang, Mayor CPM Okto Femula, sempat berkunjung ke rumah tersebut dan melakukan beberapa renovasi.
REI Komisariat Semarang dan Solo pun digandeng untuk membedah rumah tersebut. Setelah melalui proses renovasi selama hampir 2 bulan, rumah tersebut pun sudah layak ditinggali dan dilengkapi dengan ditambahkannya beberapa perabot baru.
Untuk diketahui, Sanjoto juga merupakan mantan pengawal dan pengaman rute gerilya Panglima Besar Jenderal Sudirman saat di Wonogiri 1948. Ia juga pernah terlibat dalam Dwikora mengawal Jenderal Ahmad Yani di Singkawang, Kalimantan Barat.
Sanjoto adalah prajurit Corps Polisi Militer yang ikut serta mengamankan dan mengawal Jenderal Ahmad Yani dan sejumlah perwira tinggi lainnya dalam persiapan konfrontasi dengan Malaysia. Sanjoto juga mengisahkan ikut berperang di usia 12 tahun dan bergabung dengan organisasi kepemudaan atau Angkatan Muda Surakarta.
Saat itu, ia mendapatkan senjata bekas Kempetai atau Polisi Militer Jepang, yakni senjata Arisaka dan pistol Nambu buatan Jepang. Baru setelah merdeka, Sanjoto masuk dalam barisan Badan Keamanan Rakyat (BKR), cikal bakal TNI.
Dia mendapat pangkat Letnan Muda, meski tak pernah menyandang pangkatnya di pundak maupun lengan bajunya. Kini, rumah bekas persinggahan DN Aidit yang sempat menjadi target penggerebekannya itu telah menjadi tempat tinggal layak yang menyimpan cerita sejarah Indonesia, khususnya bagi dirinya sendiri.
Â
Penulis: Resla Aknaita Chak
Advertisement