Liputan6.com, Jakarta - Aksi klandestin militer di Jakarta tahun 1965 membawa dampak buruk di Yogyakarta. Brigadir Jenderal Katamso Darmokusumo merupakan korban peristiwa G30S PKI. Dia sempat menumpas pemberontakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI).
Arti nama Katamso itu sendiri berasal dari kota “Bumi Sukowati”, ia menempuh pendidikan umum sampai tingkat Sekolah Menengah di kota kelahirannya. Lalu masa pendudukan Jepang, ia mengikuti pendidikan tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor.
Sesudah kemerdekaan Indonesia, ia menyumbang tenaga untuk mempertahankan kemerdekaan dengan masuk TKR. selama Agresi Militer II Belanda, pasukan yang dipimpinnya sering kali terlibat dalam pertempuran melawan Belanda.
Advertisement
Selepas pengakuan kedaulatan Indonesia, di Jawa Tengah timbul pemberontakan Batalyon 426. Katamso diserahkan tugas menumpas pemberontakan tersebut dan berhasil.
Saat muncul pemberontakan PRRI tahun 1958, ia diangkat menjadi Komandan Batalyon “A” Komando Operasi 17 Agustus di bawah pimpinan Kolonel Ahmad Yani.
Kemudian diserahi tugas sebagai Kepala Staf Resimen Tim Pertempuran (RTP) II Diponegoro dan berkedudukan di Bukittinggi, Sumatera Barat.
Pada 1963, Katamso dipindahkan ke Jawa Tengah memangku jabatan Korem 072 Pamungkas di bawah Kodam VIII Diponegoro, yang berkedudukan di Yogyakarta. Ia membina Resimen Mahasiswa yang diberi latihan-latihan militer dan juga giat mengembangkan pendidikan.
Akhirnya, Katamso harus menjadi korban kerusuhan yang terjadi di Angkatan Darat.
Pada 2 Oktober 1962, Katamso yang baru saja pulang dari Magelang, ia dipaksa untuk menandatangani surat yang mendukung Dewan Revolusi oleh Mayor Mulyono. Ia tidak langsung setuju, dan menegosiasi untuk diadakan rapat terlebih dahulu.
Malangnya, ia langsung diculik dari rumahnya, ditambah dengan todongan senjata hingga Katamso dibawa ke kompleks Batalyon L di Desa Kentungan Yogyakarta. Ia dianiaya dan dibunuh, lalu dimasukkan ke dalam sebuah sumur yang ditimbun tanah.
Jenazahnya baru ditemukan pada 21 Oktober 1965. Kemudian ia dimakamkan di Taman Pahlawan Semaki (Kusumanegara) Yogyakarta.
Sebelum dikebumikan, Presiden segera menaikkan pangkatnya menjadi Brigjen Anumerta dan memberi gelar Pahlawan Revolusi kepada Katamso.