Sukses

Belajar Toleransi di Banuroja Gorontalo, Ragam Etnis dan Agama Rukun Berdampingan

Di Desa ini masyarakatnya hidup rukun dan damai meskipun mereka berbeda keyakinan Agama, Suku dan Etnis.

Liputan6.com, Gorontalo - Jika kalian ingin belajar tentang bagaimana menerapkan sifat toleransi dan keberagaman, datanglah di Desa  Banuroja. Desa ini terletak di ujung barat Provinsi Gorontalo, tepatnya di Kecamatan Randangan, Kabupaten Pohuwato.

Di Desa ini masyarakatnya hidup rukun dan damai meskipun mereka berbeda keyakinan agama, suku dan etnis. Nama Desa Banuroja itu sendiri, merupakan akronim dari 5 daerah diantaranya Bali, Nusa Tenggara Barat, Toraja, Gorontalo dan Jawa kelima.

Awalnya, masyarakat desa tersebut itu merupakan masyarakat transmigrasi pada tahun 1981 sebelum Desa Banuroja terbentuk. Seiring berjalannya waktu, masyarakat transmigrasi itu kemudian mendirikan Desa Banuroja.

Saat mendatangi desa itu, gerbang khas bali setinggi 5 meter bakal menyapa pengunjung yang memasuki Desa Banuroja. Di sepanjang jalan desa kita dapat menjumpai berbagai macam tempat ibadah mulai dari tempat ibadah Buddha, Kristen, Islam dan Hindhu.

Bahkan tempat ibadah ini terbilang sangat berdekatan, apalagi, pura berjejer di depan rumah penganut Agama Hindhu. Di desa ini juga kita dapat menemui sebuah pesantren Salafiah dan Syafi'iyah yang berdekatan dengan Gereja.

Tidak hanya itu, senyum sapa dari masyarakat banuroja membuat siapa saja yang datang ke tempat itu merasa nyaman. Desa yang tergolong subur itu, memiliki udara yang begitu dingin.

Banuroja sendiri terkenal dengan keberagaman etnis dan agama di Gorontalo. Mereka hidup rukun berdampingan. Selama desa ini terbentuk, tidak pernah terjadi konflik dengan persoalan perbedaan keyakinan.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 2 halaman

Peran FKUB

Anggota Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Desa Banuroja, I Wayan Sukra mengatakan, memang di Desa banuroja ini mereka berbeda etnis dan juga keyakinan. Namun itu tidak menjadi penghalang bagi mereka hidup berdampingan

"Dari tahun 1981 kami tidak pernah ada konflik, meskipun di luar sana sering terjadi isu-isu etnis dan agama,” kata I Wayan Sukra.

Selain  itu katanya, Desa Banuroja sendiri kurang lebih sudah ada sejak 50 tahun, tidak pernah ada konflik antar etnis, sekalipun mereka berbeda-beda keyakinan

“Kaupun ada konflik, itu biasanya hanya berasal dari anak-anak muda namun itu bukan dari perbedaan agama dan etnis. Meski bukan dari persoalan agama dan suku namun ketika ada konflik, dirinya langsung turun," ia menandaskan.