Liputan6.com, Bandung - Gas air mata adalah senjata kimia yang menyebabkan nyeri mata serta pernapasan yang parah, iritasi kulit, pendarahan, dan kebutaan. Penggunaannya cukup umum, terutama dalam demonstrasi untuk mengendalikan masa manusia yang mulai beringas.
Baca Juga
Advertisement
Meski begitu, tetap ada aturan menembakkan gas air mata. Perhitungan arah angin diharapkan dapat menimbulkan respons perih-tangis yang menyadarkan massa dari gejolak pelampiasan frustasi hingga akhirnya membubarkan diri.
Contoh gas air mata dapat berupa pepper spray (gas OC), PAVA spray (nonivamide), gas CS, gas CR, gas CN (fenasil klorida), bromoaseton, xylyl bromide, dan syn-propanethial-S-oxide yang terbuat dari bawang bombay.
Biasanya, orang yang terkena lemparan gas air mata akan merasakan gejala umum seperti mata perih, tenggorokan gatal dan sakit, hingga sulit pernapasan.
Adapun bahan kimia yang sering dipakai pada gas air mata antara lain gas CS (2-klorobenzalmalononitril, C10H5CIN2), CN (kloroasetofenon, C8H7ClO), CR (dibenzoksazepin, C13H9NO), dan semprotan merica (gas OC, oleoresin capsicum).
Bahan-bahan penyusun gas air mata itu memang memberi efek iritasi pada mata dan atau sistem pernapasan. Gas air mata bekerja dengan membuat iritasi membran mukus pada mata, hidung, mulut, dan paru-paru.
Gas air mata juga menyebabkan tangis, bersin, batuk, kesulitan bernapas, nyeri di mata, dan buta sementara. Dengan gas CS misalnya, gejala iritasi biasa muncul setelah paparan selama 20 hingga 60 detik dan sembuh setelah 30 menit sejak meninggalkan tempat penyemprotan gas.
Untuk diketahui, gas air mata sebenarnya bukan gas. Dilansir dari Healthline, senjata kimia ini sebenarnya bubuk bertekanan yang bisa menciptakan kabut seperti gas saat digunakan.
Tergantung asap yang dihirup, jenis gas air mata yang digunakan, dan kondisi fisik dari orang yang terkena itu. Apakah dia sebelumnya punya penyakit saluran napas seperti asma atau dia punya alergi khusus terhadap kandungan yang ada pada gas air mata tersebut. Dapat memperberat kondisi orang yang terkena gas air mata.
Reaksi pada Tubuh
Sven-Eric Jord, ahli anestesi di Universitas Duke menemukan bahwa saat senyawa kimia yang terkandung dalam gas air mata terhirup, biasanya tubuh akan menunjukan reaksi alami seperti tiba-tiba tersedak, batuk, dan lendir keluar mengalir dari hidung.
Dan jika senyawa kimia tersebut sudah menyentuh bagian tubuh lainnya, maka akan menyebabkan rasa sakit seperti terbakar pada mata, kulit, hidung, mulut hingga ke paru-paru. Disertai dengan rasa mual hingga muntah.
Risiko efek samping dari terpapar gas air mata akan semakin berat jika seseorang memiliki kondisi penyakit tertentu. Di mana hal itu dapat menyebabkan gagal napas hingga risiko yang paling berat adalah meninggal dunia.
Zat aktif yang terkandung dalam gas air mata bisa menyebabkan risiko peradangan pada selaput lendir mata, hidung dan mulut. Gejala yang biasa ditimbulkan seperti nyeri dada, sulit bernapas, bersin, batuk, perasaan tercekik, muntah, hidung berair, rasa perih dan terbakar pada mata, iritasi mata, penglihatan kabur, dan produksi air mata berlebih.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika serikat (CDC) juga berpendapat kontak dengan gas air mata yang terlalu lama apalagi di dalam ruangan tertutup, dapat memberikan efek samping jangka panjang terutama pada masalah mata seperti terkena glaukoma, jaringan parut, hingga katarak.
Advertisement
Penanganan Korban Gas Air Mata
Penanganan di bagian mata bilas dengan air. Guyurkan air dari botol minum langsung ke mata sampai rasa perih hilang.
Penanganan di bagian tenggorokan, berkumur dengan air beberapa kali hingga rasa serbuk hilang.
Penanganan jika terjadi mual atau muntah, minum obat diare dari jenis adsorben.untuk menyerap racun tersebut. Misal, Entrostop, New Diatabs.
Di saluran pernapasan, pemberian oksigen dengan oksigen kaleng (Oxycan) akan sangat membantu “membilas” dan “mengencerkan” kadar serbuk di dalam paru-paru.