Sukses

Tragedi Kanjuruhan, Perbasi Minta Stadion Sepak Bola Sediakan Tribun Khusus Perempuan dan Anak

Sekjen Perbasi berharap stadion sepak bola menyediakan tribun khusus perempuan dan anak.

Liputan6.com, Palembang - Tragedi maut yang terjadi di Stadion Kanjuruhan Malang, Jawa Timur (Jatim), memakan ratusan korban jiwa, dari penonton, supporter maupun aparat kepolisian.

Kasus tersebut menjadi duka mendalam bagi dunia olahraga Indonesia, bahkan tragedi Kanjuruhan tersebut disorot hingga ke mancanegara.

Nirmala Dewi, Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Persatuan Bola Basket Indonesia Seluruh Indonesia (Perbasi), yang juga sebagai direktur marketing perusahaan pengelola Sriwijaya FC, turut berduka cita atas tragedi tersebut.

“Saya sedih dan prihatin sekali. Apalagi mendengar ada seorang ibu meninggal, karena berupaya mencari anak dan suaminya saat kejadian tragedi Kanjuruhan,” ucapnya, Rabu (5/10/2022).

Sebagai penggiat olahraga, dia berharap stadion sepak bola menyediakan tribun khusus perempuan dan anak. Nirmala juga mendesak pemerintah, untuk membuat regulasi yang didalamnya mengatur mengenai pemberian tempat khusus untuk anak-anak dan perempuan.

Padahal dalam pertandingan olahraga, banyak hal baik yang dapat dicontoh. Seperti sportivitas, semangat juang pantang menyerah dan solidaritas. Karena sangat baik untuk pembentukan karakter anak.

“Jangan sampai kejadian ini (tragedi Kanjuruhan) menimbulkan dampak buruk, sehingga memunculkan ketakutan para ibu untuk menonton pertandingan sepak bola,” ujarnya.

Menurutnya, hingga kini belum ada kiat ampuh untuk mencegah konflik antarkelompok suporter. Adanya militansi berlebihan terhadap klub, menjadi pemicu utama konflik sering terjadi, terlebih jika tim kesayangan mengalami kekalahan.

Nirmala mengaku sempat juga dihadapkan pada perseteruan antarsuporter, saat menjadi bagian manajemen Sriwijaya FC asal Sumatera Selatan.

“Bedanya di Sriwijaya FC itu konfliknya bersifat internal, karena ada tiga kelompok suporter,” ungkapnya.

 

2 dari 2 halaman

Edukasi Suporter

Apalagi sudah ada program klub, untuk mengedukasi para suporter. Namun disayangkan, program tersebut tidak berjalan dengan konsisten atau hanya bersifat spontan setelah adanya kerusuhan.

Untuk itu, program edukasi kepada suporter sebaiknya dilakukan secara konsisten. Jangan pada saat setelah kejadian saja, para suporter baru dilibatkan.

“Untuk pengaturan posisi duduk untuk perempuan dan anak, jika terjadi hal darurat dapat mengurangi resiko korban terhadap perempuan dan anak-anak,” ungkapnya.