Liputan6.com, Gorontalo - Jika kalian ke Provinsi Gorontalo saat perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, kue tradisional ini pasti akan disajikan. Namanya kue Kolombengi. Olahan yang satu ini biasanya paling mendominasi yang disajikan,
Kue tersebut disajikan melalui tolangga, sebuah wadah berbentuk kerucut yang dipakai untuk mengisi kue. Berbagai macam kue digantung pada tolangga dan diarak oleh warga menuju masjid.
Advertisement
Baca Juga
Tidak hanya olahan makanan yang mendominasi, kue kolombengi ternyata sangat ekonomis. Para pembuat kue kolombengi sendiri mengaku ketiban berkah saat perayaan Maulud atau dalam bahasa Indonesia, Maulid.
"Saat perayaan maulid saya menerima banyak pesanan. Biasanya ini akan berlangsung selama dua pekan dan tidak pernah putus," kata Fathan salah satu pengusaha kue kolombengi di Gorontalo.
Menurut Fathan, sepekan sebelum perayaan Maulid Nabi, sudah banyak warga yang memesan. Bahkan, ada warga yang memesan dalam jumlah yang begitu banyak.
"Saya sampai kewalahan melayani pesanan. Setiap orang yang memesan mulai dari puluhan hingga ratusan biji," katanya.
"Bayangkan pernah dalam sehari saya membuat kolombengi lebih dari 500 biji dan langsung habis dibeli. Sampai saat ini masih banyak pemesan," ungkapnya.  Â
Â
Simak juga video pilihan berikut:
Bahan Kue Sederhana
Secara umum, kue kolombengi berbahan dasar tepung terigu, telur ayam dan gula. Setelah itu, ketiga bahan tersebut dibuat adonan dengan mencampurkan sedikit air.
Saat mengocok adonan, tak lupa dituangkan vanili, soda kue, hingga pewarna makanan sesuai warna yang disukai. Bisa juga tidak menggunakan pewarna dengan hasil original kolombengi yakni warna kuning.
Setelah diaduk dan mengental, adonan dimasukkan ke dalam cetakan kue dengan berbagai bentuk. Kemudian dipanggang di dalam oven selama kurang lebih 15 menit hingga mengering dan kolombengi siap untuk disajikan.
Secara umum, kolombengi sendiri banyak digunakan karena kue tersebut bisa bertaahan lama saat disimpan. Selain itu, kue kolombengi sendiri memiliki filosofi yang begitu kental dengan adat Gorontalo.
Menurut Aisa Tune, jika kolombengi memang sudah ada sejak zaman dulu saat perayaan Maulid Nabi. Kolombengi sendiri merupakan lambangkan erat silaturahmi warga Gorontalo saat perayaan hari besar Islam.
"Daerah Gorontalo kan daerah serambi Madinah, jadi kami disatukan dengan perayaan besar Islam. Nah, sajian yang mempererat silaturahmi kami salah satunya adalah kue kolombengi," kata Aisa.
"Jadi bagi warga Gorontalo yang belum merasakan kue kolombengi saat Maulid Nabi, bisa dikatakan dia bukan orang Gorontalo," ia menandaskan.
Advertisement