Sukses

29 Tahun Taman Nasional Lore Lindu dan Upaya Berbenah Hadapi Tantangan Masa Kini

Pada usia pengelolaannya yang telah 29 tahun, Taman Nasional Lore Lindu berbenah menghadapi tantangan pengelolaan sehingga tidak hanya melestarikan keanekaragaman hayati, tetapi juga memberikan manfaat kepada masyarakat sekitar kawasan.

Liputan6.com, Palu - Pengelolaan Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) dimulai sejak penetapannya 5 Oktober tahun 1993 yang merupakan penggabungan 3 kawasan yakni Hutan Wisata dan Hutan Lindung Danau Lindu, Suaka Margasatwa Lore Kalamanta, dan Suaka Margasatwa Lore Lindu yang letaknya saling berbatasan dan memiliki potensi keanekaragaman hayati yang tinggi.

Sejak itu, pengelolaan TN dengan luas 215 ribu hektare itu terus dibenahi oleh otoritas pengelola, Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu (BBTNLL).

Kepala BBTNLL, Titik Wurdiningsih mengungkapkan pihaknya terus berupaya menguatkan fungsi TNLL, tidak hanya sebagai kawasan perlindungan sistem penyangga kehidupan dan pengawetan keanekaragaman hayati serta pemanfaatan jasa lingkungan dan wisata alam, namun juga berupaya membuat masyarakat di 71 desa penyangga taman nasional berdaya.

"Sampai saat ini, Balai Besar TNLL telah menjalin kerja sama kemitraan konservasi dengan 56 desa di wilayah penyangga TNLL dan terus akan dibangun untuk semua desa penyangga di kawasan TNLL," Titik mengungkapkan, Sabtu (8/10/2022).

Desa penyangga disebut Titik penting menjadi mitra agar kelestarian kawasan terus terjaga sehingga mampu dimanfaatkan secara lestari bagi kesejahteraan masyarakat dan makhluk hidup di dalamnya.

Simak video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

10 Cara Baru Pengelolaan Kawasan Konservasi

Pembenahan pengelolaan TNLL di usia 29 tahun itu juga ditandai dengan pencanangan 10 cara baru pengelolaan kawasan konservasi. Titik menekankan, hal itu sebagai jawaban dinamika tantangan saat ini.

Cara baru itu yakni masyarakat sebagai subjek, penghormatan pada HAM, kerja sama lintas eselon 1 KLHK, kerja sama lintas kementerian, penghormatan nilai adat dan budaya, multilevel leadership, scientific based decision support system, resort field based management, reward and mentorship, serta learning organization.

Tidak hanya bagi Indonesia, Taman Nasional Lore Lindu juga memiliki peran penting di mata dunia. TN yang luasannya meliputi Kabupaten Sigi dan Poso itu merupakan cagar biosfer yang ditetapkan UNESCO, tahun 1977 sekaligus pengakuan dunia atas keaslian dan keunikan ekosistemnya.

TN yang dikelola dengan sistem zonasi itu adalah rumah bagi satwa endemik Sulawesi, di antaranya babi rusa, anoa, dan maleo. Aneka jenis anggrek endemik juga tumbuh di kawasan tersebut. Lore Lindu juga menyimpan peninggalan prasejarah yakni situs-situs megalitikum.

"Pintu akan terus terbuka bagi masukan, bimbingan, dan silaturahmi semua pihak untuk Taman Nasional Lore Lindu kita. Dirgahayu Taman Nasional Lore Lindu," Titik memungkasi.