Sukses

Dari Blogger hingga SEO, Platform Digital yang Dianggap Ketinggalan Zaman

Diketahui angka pengguna internet hanya berkisar di 175 juta dan tahun 2022 terdapat lonjakan hingga 35 juta, yaitu menjadi 210 juta.

Liputan6.com, Jakarta - Teknologi Informasi saat ini telah hampir merata di seluruh Indonesia bahkan dunia. Ragam inovasi dan perubahan lainnya terus meningkat lebih cepat.

Berdasarkan data yang rilis oleh Asosiasi Pengguna Jasa Internet Indonesia (APJII) pengguna internet di Indonesia mencapai 77 persen dari jumlah penduduk. Jumlah tersebut dinilai fantastis dan pandemi menjadi salah satu faktor utama kenaikan angka tersebut.

Sebelumnya, angka pengguna internet hanya berkisar di 175 juta dan tahun 2022 terdapat lonjakan hingga 35 juta, yaitu menjadi 210 juta. Fenomena tersebut juga berdampak pada perilaku pengguna internet.

Namun, banyak hal baru yang mendominasi hingga menggeser perilaku pengguna internet lainnya dan menjadi tertinggal.

Nah, Sahabat Liputan6.com berikut penggunaan platform dan produk digital yang dianggap ketinggalan zaman pada tahun 2022 ini.

Blogger.com

Merupakan salah satu layanan penyedia blog yang dimiliki oleh Google. Sejak tahun 2007, server blogspot pindah ke server Google dari pembuat pertamanya yaitu Pyra Lab pada 1999 sebelum akhirnya diakusisi oleh Google pada Februari 2003.

Oleh beberapa pihak, masa keemasan blogger.com kian meredup, seiring dengan semakin mudahnya menggunakan berbagai platform CMS seperti wordpress. Istilah penulis lepas maupun pribadi yang disebut “Blogger” pun mulai bergeser tidak melulu menggunakan platform tersebut.

Meski demikian, kelebihan menggunakan blogger.com masih belum tertandingi dari sisi fasilitasi server oleh Google. Meski membuat blog/web dengan CMS kian mudah, kebutuhan domain dan hosting harus dilakukan secara mandiri, keuntungan lainnya adalah karena blogger.com ini dimiliki oleh Google.

Seolah memiliki privilage untuk Search Engine Optimization di search engine Google sebagaimana platform serupa yang dimiliki oleh Google yaitu Google Bussines Site.

Membuat Karya Desain dengan Aplikasi Luring

Sejak populernya aplikasi desain grafis berbasis website dan aplikasi yang dapat digunakan selama terkoneksi dengan internet seperti Canva, Freepik Editor, Desainbold, dan visme.co. Banyak masyarakat yang menjadi pakar desain grafis mendadak tanpa mengenal aplikasi desain grafis berbasis luar jaringan seperti Corel, Photoshop, dan Adobe Ilustrator.

Bahkan, pada Oktober 2021 Adobe sendiri akhirnya ikut-ikutan merilis aplikasi serupa berbasis web tanpa harus repot mengunduh serta menginstall aplikasi di device pengguna.

Meksi demikian, ada beberapa hal yang belum sepenuhnya dapat dilakukan oleh aplikasi desain grafis berbasis website nih Sahabat Liputan6.com, selain soal resolusi kualitas hasil desain dengan aplikasi luring tetap lebih baik.

Saksikan video pilihan berikut ini: 

2 dari 2 halaman

Aplikasi Perkantoran Secara Luring

Pandemi akhirnya memaksa beberapa segmen dunia kerja melakukan Work Form Home atau Work Form Anywhere. Kondisi ini seperti sudah diprediksi oleh Google selaku raksasa platform digital, jauh sebelum pandemi, Google telah mengakuisisi Quickoffice pada Juni 2012 yang kini akhirnya melahirkan Google Document, Google Spreadsheet, Google Slidedan semua turunan produk aplikasi perkantoran.

Nah, ragam produk tersebut akhirnya menjadi biasa digunakan oleh dunia kerja tanpa harus menginstal aplikasi luring seperti Microsoft Office. Selain hampir memiliki fitur yang sama, kelebihan lainnya adalah selama ada akses internet berbagai dokumen tadi dapat dibuka kapan pun, di mana pun, dan tentunya terintegrasi juga dengan penyimpanan milik "Mbah" Google, yaitu Google Drive.

Transfer File dengan Flashdisk

Lagi-lagi akibat pandemi dan WFH WFA lantaran kerja di mana saja dan adanya kebijakan pembatasan pertemuan sangat sulit untuk melakukan tatap muka. Selain itu, banyaknya platform digital yang terkoneksi internet memungkinkan kita melakukan transfer file dengan resolusi kecil dan sedang tanpa harus meminta Flashdisk.

Bisa melalui Whatsapp Web, Telegram, Google Drive hingga Cloud internal yang disediakan oleh kantor. Hal ini juga mendorong pemangku kebijakan menggunakan teknologi Cloud Computing dan saling berlomba-lomba membuat Cloud dengan versinya masing-masing.

SEO di Google

Seacrh Engine Optimization atau Optimasiliasi Mesin Pencari atau lebih sederhananya melakukan upaya-upaya untuk mengoptimalkan mesin pencari agar blog/website mendapatkan ranking terbaik dimesin pencari, dalam hal ini Google.

Ada juga beberapa mesin pencari yang kurang populer seperti Bing, Yahoo, dan Ask. Ada satu ungkapan dan fakta yang populer di kalangan pegiat SEO, bahwasanya Algoritma Google dalam tiap periode tertentu akan mengalami perubahan yang artinya adalah Google tidak akan mau algoritmanya dapat ditebak oleh penggunanya.

Sebab, nilai jual serta potensi bisnis bagi Google akan menurun. Oleh karena itu, Google mendorong penggunanya menggunakan fitur Google Ads atau Google Bussines.

Singkatnya, sekeras apa pun usaha Anda untuk melakukan upaya SEO di Search Engine Google, akan kalah dengan berbagai kemudahan yang dibuat oleh Google melalui produk lain, seperti Google Ads, Google Bussines, hingga Google Tag Location.