Sukses

Membangun Jembatan Menebar Harapan, TMMD Ke 115 di Petuk Katimpun

Dengan adanya jembatan itu, para tenaga kesehatan akan lebih mudah menjangkau permukiman warga dan memberikan layanan kesehatan

Liputan6.com, Palangkaraya - Matahari begitu terik tapi banjir belum juga surut. Sri Wati bergegas menjemur ikan hasil tangkapan suaminya. Ikan-ikan itu menjadi yang terakhir, sebab banjir membuat nelayan tak dapat bekerja.

Usai menjemur ikan, di rumah panggungnya yang berada di kawasan Petuk Katimpun Bawah, Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Wanita berusia setengah abad itu bercerita peristiwa kelam yang pernah menimpanya 25 tahun silam, anaknya meninggal tenggelam di pelataran rumahnya sendiri.

Kala itu banjir menerjang pemukiman warga. Genangan air yang begitu tinggi, membuat anaknya yang berusia 3,5 tahun tenggelam, saat bermain di pelataran rumah. Tak ada yang tahu betul kejadian nahas itu, Sri Wati hanya bisa mengenangnya sambil berlinang air mata. 

"Dulu jembatan belum tersambung sampai ke rumah," kata Sri Wati kepada Liputan6.com, Rabu (12/10/2022).

Bagi warga Petuk Ketimpun Bawah, banjir sudah menjadi makanan sehari-hari. Tak heran jika mereka akrab dengan jukung, perahu tradisional yang kerap dipakai warga kampung dalam kesehariannya.

Namun keberadaan jembatan juga menjadi penting. Sebab selain menghindari risiko anak tenggelam, jembatan juga menjadi akses vital bagi warga yang terisolir saat banjir tiba. Jembatan itu kini sudah mulai lapuk termakan usia.

Melihat kondisi itu, TNI AD dari Komando Distrik Militer 1016 Palangkaraya melalui program TNI Manggungal Membangun Desa (TMMD) Reguler ke-151, mengagas pembangunan kembali jembatan warga.

Pembangunan kembali jembatan sepanjang 372 meter itu diharapkan mampu menunjang aktivitas nelayan yang sehari-hari menggantungkan hidupnya di Sungai Ruang. Dengan adanya jembatan itu, para tenaga kesehatan (nakes) juga akan lebih mudah menjangkau permukiman warga untuk memberikan layanan kesehatan.

Bukan tanpa sebab, pasalnya untuk sampai ke kampung Petuk Katimpun, para nakes selama ini harus berjuang melewati luasnya hamparan rawa gambut. Tak jarang, jika musim hujan tiba, banjir kerap memutus akses menuju kampung tersebut.

Hal itu juga diungkapkan Hariadi, Kepala Puskesmas Jekan Raya. Ia mengatakan banjir kerap memutus akses menuju rumah-rumah warga. "Kami mengadakan Puskesmas keliling pakai jukung untuk sampai ke Petuk Katimpun," ujarnya.

Bagi warga, akses jalan yang prima menjadi faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan mereka. Pelayanan kesehatan sama sekali tidak ada jika jembatan rusak dan akses jalan terganggu. Bahkan dilaporkan dua kasus anak di Kampung Putuk Katumpun mengalami stunting akibat akses jalan yang sulit ditempuh, apalagi jika banjir datang.

Ini juga yang membuat Komandan Kodim 1016 Palangkaraya, Kolonel Infanteri Frans Kishin Panjaitan resah. Akses jalan yang sulit ditempuh untuk sampai ke rumah-rumah warga, membuat pelayanan posyandu belum optimal menyentuh masyarakat. 

"Pembangunan jembatan ini untuk mempermudah para nakes juga," ungkapnya. 

 

2 dari 2 halaman

Kemanunggalan TNI

Panjaitan menegaskan, pembangunan akses jalan tersebut dilakukan untuk membantu pemerintah meringankan kesulitan rakyat, khususnya soal akses jalan. Mengingat ada sekitar 300 kepala keluarga di kampung tersebut yang membutuhkan akses jalan agar tidak terisolir.

"Ini satu-satunya akses jalan untuk aktivitas sehari-hari termasuk perekonomian melalui jalan ini,"  Panjaitan menambahkan.

Demi membangun kembali jembatan tersebut, jebolan Akademi Militer 1999 ini mengerahkan 110 personelnya yang dibantu unsur kepolisian, pemda, warga sekitar, dan anggota Bela Eksistensi Tanah Air (Beta Talawang). 

Beta Talawang sendiri merupakan organisasi masyarakat binaan Kodim 1016 Palangkaraya dengan menanamkan nilai bela negara. Anggotanya sendiri terdiri dari berbagai unsur lapisan masyarakat bahkan ada yang merupakan mantan narapidana.

Mereka saling bahu membahu, menyusun tumpukan kayu ulin untuk menjadi jembatan yang kokoh. Bahkan tidak ada lagi jarak di antara mereka, karena sejatinya kemanunggalan TNI itu memang benar bersama rakyat, sesuai apa yang digaungkan jenderal Sudirman, "Tentara bukan merupakan suatu golongan di luar masyarakat, bukan suatu kasta yang berdiri di atas masyarakat. Tentara tidak lain dan tidak lebih dari salah satu bagian masyarakat yang mempunyai kewajiban tertentu."