Sukses

Mengenal Oyek Kuliner Khas Kediri, Kenangan Masa Gerilya Jenderal Soedirman

Oyek juga ikut menjadi kenangan perjuangan Jenderal Besar Soedirman saat harus keluar masuk hutan dalam menjalankan taktik perang gerilya

Liputan6.com, Jakarta - Makanan yang satu ini namanya oyek. Sebuah produk kuliner tradisional asal tanah Jawa yang berbahan dasar singkong.

Oyek biasanya disajikan di atas pincuk daun pisang dengan taburan kelapa parut. Diolah dengan bumbu rempah atau kadang hanya cukup ditambahi garam.

Umbi singkong yang dipanen pada usia 12 bulan merupakan bahan baku paling pas karena teksturnya yang masih lembut dan tidak berserat. Cara membuatnya tidaklah sulit.

Singkong yang baru dicabut, lalu dikupas, dibersihkan, dan direndam dalam air selama dua hari. Setelah direndam, singkong ditumbuk hingga halus, lalu dijemur di sinar matahari hingga kering.

Sebelum dijemur, tumbukan singkong tadi dibentuk dulu menjadi pipilan kecil-kecil mirip butiran beras. Jika diperhatikan sekilas, raut pipilan singkong tak semerona butir beras.

Cenderung lebih pucat dan sedikit cokelat. Supaya bisa dikonsumsi, pipilan singkong ini harus dicuci bersih agar serat-serat singkongnya tak ikut dimasak. Kemudian dikukus sekitar 10 menit. Rasanya sangat khas.

Oyek juga ikut menjadi saksi bisu perjuangan Jenderal Soedirman keluar masuk hutan dalam menjalankan taktik perang gerilya menghadapi agresi militer Belanda di era 1948-1949.

Seperti dikisahkan oleh Abu Arifin, Ajudan II Jenderal Soedirman, dalam buku Panglima Besar TNI Jenderal Soedirman: Pemimpin Pendobrak Terakhir Penjajahan di Indonesia; Kisah Seorang Pengawal, ketika berada di daerah Kediri, Jawa Timur, Desember 1948, jenderal besar pendiri Tentara Nasional Indonesia itu bersama pasukannya terdesak masuk ke dalam hutan rotan di wilayah tersebut.

Saksikan video pilihan berikut ini: 

2 dari 2 halaman

Kandungan Oyek

Arifin yang saat itu berpangkat kapten mengatakan pasukan mengalami kelelahan dan kelaparan luar biasa karena dikepung pasukan Belanda di sekitar hutan. Bahkan, logistik pasukan sudah tidak mendukung untuk tetap bertahan di dalam hutan.

Meski berada dalam kondisi kelaparan yang luar biasa, pasukan masih tetap bertahan untuk melakukan perlawanan. Hingga akhirnya di suatu malam, Ajudan I Jenderal Soedirman, yakni Kapten Soepardjo Rustam, diperintahkan untuk menembus barikade tentara Belanda menuju desa terdekat di kawasan hutan rotan.

Abu Arifin yang kini berusia hampir seabad dan menetap di Desa Dawuhan, Kecamatan Padamara, Kabupten Purbalingga, Jawa Tengah, mengatakan, waktu itu Kapten Pardjo--sapaan Soepardjo Roestam--pergi bermodal sarung dan baju bekas untuk ditukar makanan.

Ia harus bersusah payah untuk menembus barikade pasukan Belanda untuk sampai ke desa terdekat. Misi itu mampu dijalankan dengan baik olehnya. Arifin dan pasukan semula mengira makanan yang dibawa adalah nasi, tetapi belakangan Soepardjo baru menjelaskan bahwa masyarakat di sekitar hutan hanya memiliki oyek. Berbekal nasi berbahan oyek itulah, Jenderal Soedirman dan pasukan mampu bertahan selama beberapa waktu di dalam hutan rotan.

Arifin menyebut, nasi oyek menjadi asupan penambah energi dan membuat seluruh pasukan tak merasa kelaparan. Pernyataan Arifin ini cukup beralasan lantaran oyek adalah karbohidrat kompleks yang mengandung molekul seperti oligosakarida dan polisakarida.

Kandungannya lebih banyak dibandingkan nasi dengan karbohidrat sederhana seperti monosakarida. Alhasil, karbohidrat pada oyek akan lebih lambat diserap oleh tubuh sehingga energi yang dihasilkan dapat berlangsung secara terus-menerus.

Dengan demikian tubuh menjadi tidak mudah lapar dan terhindar dari kegemukan.