Liputan6.com, Banyumas - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Wilayah Jawa Tengah menelusuri temuan satu kasus gagal ginjal akut misterius pada anak usia delapan bulan di Kabupaten Banyumas.
"Ada satu laporan dari Banyumas, ini sedang kami lacak," kata Ketua IDAI Jawa Tengah Fitri Hartanto di Semarang, Rabu.
Ia mengatakan bahwa berdasarkan laporan yang disampaikan ke IDAI Jawa Tengah, diagnosis gagal ginjal pada pasien anak tersebut sudah tegak.
Advertisement
IDAI Jawa Tengah, ia melanjutkan, masih menelusuri penyebab pasien anak tersebut mengalami gagal ginjal akut.
"Masih kami cari penyebabnya, apakah juga mengonsumsi obat paracetamol yang ditengarai mengandung etilen glikol," katanya.
Ia mengatakan bahwa dokter-dokter anak di wilayah Jawa Tengah telah diminta melaporkan temuan dugaan gagal ginjal akut pada anak serta mengecek apakah pasien punya riwayat terserang Covid-19, gangguan saluran pernafasan, maupun saluran cerna.
Kementerian Kesehatan telah mencatat 189 kasus gagal ginjal akut misterius pada anak dari berbagai wilayah di Indonesia. Menurut data kementerian, gagal ginjal akut misterius terjadi pada anak usia balita.
Â
Kasus Serupa di Yogyakarta
Sementara itu, sebanyak 13 anak di Daerah Istimewa Yogyakarta dilaporkan menderita gagal ginjal akut misterius. Bahkan dinas kesehatan setempat menyebut, lima orang di antaranya meninggal dunia.
"Empat meninggal dengan usia di bawah lima tahun, satu meninggal di usia 10 tahun satu bulan," kata Kepala Dinas Kesehatan DIY Pembajun Setyaningastutie di Yogyakarta, Selasa (18/10/2022).
Menurut Pembajun, data 13 kasus gagal ginjal akut tersebut tercatat selama Januari sampai Oktober 2022 dengan rentang usia mulai tujuh bulan hingga 13 tahun.
Selain lima yang meninggal dunia, dua lainnya dinyatakan sembuh, dan enam anak saat ini masih dirawat di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta.
Sebanyak sepuluh dari 13 kasus tersebut, menurut Pembajun, hingga kini belum diketahui penyebabnya (unknown etiology) alias misterius. Sedangkan tiga kasus lainnya disebabkan suspect Covid-19 dan komplikasi karena kelainan fungsi organ.
"Tiba-tiba (sepuluh) anak itu mengalami gagal ginjal akut, makannya sekarang sedang diteliti di Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan di Kemenkes," ujar dia.
Dari seluruh kasus gagal ginjal akut tersebut, disebutkan Pembajun, secara umum memiliki gejala antara lain mengalami diare, mual, muntah, demam atau tanpa demam selama tiga sampai lima hari, batuk, pilek, serta volume urine yang semakin sedikit.
"Urinenya sedikit atau malah tidak ke luar sama sekali. Biasanya itu timbul hari ketiga, kalau sudah seperti itu sudah agak telat," kata dia.
Karena itu, Pembajun meminta para orang tua agar waspada serta mampu melakukan deteksi dini sehingga anak yang berpotensi mengalami gagal ginjal akut masih dapat tertolong.
Apabila sejumlah gejala tersebut terjadi pada anak, ia meminta untuk segera memeriksakan ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat.
"Ada gejala demam atau tidak ada demam, kemudian mual, muntah, diare, kemudian anak mengeluh kencingnya susah, air kencingnya kok berwarna keruh nah itu juga menjadi salah satu indikator. Kalau sudah seperti itu tidak usah ambil risiko, segera bawa ke fasyankes," kata dia.
Advertisement
Deteksi Dini
Pentingnya Deteksi DiniPembajun menambahkan, karena dari 13 kasus tersebut beberapa di antaranya diketahui suspect Covid-19, maka masyarakat diminta untuk tidak lengah dengan tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan.
"Sekalipun sudah melandai, tetap waspada penularan Covid-19. Sekarang kan belum endemi ya, masih pandemi dan PHBS (pola hidup bersih dan sehat)-nya juga jangan lupa," kata dia.
Sementara itu, Kepala Bagian Hukum dan Humas RSUP Dr Sardjito Banu Hermawan menuturkan penanganan terkait kasus gagal ginjal akut pada anak selama ini bisa dilayani di RSUP Dr Sardjito dengan fasilitas yang memadai.
"Kami memiliki dokter spesialis anak dengan sub spesialisasi ginjal. Jadi ada dokter yang memang sub spesialisasinya ke arah sana," ujar dia.
Meski demikian, menurut Banu, kasus gagal ginjal akut yang terjadi pada anak berpeluang besar dapat tertolong selama kasusnya terdeteksi secara dini.
"Syaratnya adalah sekali lagi orang tua harus bisa melakukan deteksi dini, ciri-cirinya memang urinenya berkurang, karena pada posisi ini secara klinis bisa dengan atau tanpa riwayat panas," kata Banu.