Liputan6.com, Medan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprov Sumut) melakukan berbagai tindakan penanganan agar kasus gagal ginjal akut tidak bertambah dan meluas. Salah satunya mengimbau kabupaten/kota agar segera memberi perhatian khusus.
Terbaru, sebanyak 6 anak di Sumut meninggal dunia akibat mengalami penyakit gagal ginjal akut. Pasien meninggal dunia setelah sempat menjalani perawatan intensif di rumah sakit.
"Mulai Juli sampai Oktober, ada tujuh kasus yang ditangani. Dari jumlah itu, satu kasus berhasil ditangani dan pasien sudah sehat. Namun enam kasus tidak bisa diselamatkan, meninggal dunia," kata Dokter Spesialis Anak Konsultan Nefrologi RSUP Haji Adam Malik Medan, dr Rosmayanti Syafriani Siregar, Selasa, 18 Oktober 2022.
Advertisement
Baca Juga
Pasien yang meninggal dunia akibat gagal ginjal akut tersebut merupakan anak-anak dengan rentang usia 1 hingga 5 tahun. Mereka berasal dari Kota Medan dan beberapa daerah lainnya yang ada di Sumut.
Diterangkan Rosmayanti, kasus terakhir ditangani terhadap anak usia 2 tahun asal Medan. Pihaknya sudah melakukan tindakan sesuai dengan prosedur Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia terkait pasien dengan gejala gagal ginjal akut.
"Faktor utama penyebab ginjal akut yang menyerang pada anak belum bisa dipastikan, apakah faktor dari makanan atau yang lain," terangnya.
Sampai saat ini pihaknya belum bisa atau belum dapat menentukan penyebab utama penyakit tersebut. Akan tetapi, pasien yang mengalami penyakit tersebut datang ke rumah sakit dengan kondisi perburukan yang cepat sekali.
Â
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
11 Kasus di Sumut
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Sumut, Ilyas Sitorus mengatakan, kasus gagal ginjal akut ada 11 di Sumut, rinciannya 7 di RSUP Haji Adam Malik Medan dan 4 di rumah sakit lain di Kota Medan.
"Dari jumlah tersebut, enam kasus meninggal dunia dan satu selamat," ujarnya.
Disampaikannya, untuk penanganan kasus gagal ginjal akut, Pemprov Sumut sudah melakukan berbagai tindakan. Di antaranya, membuat Surat Edaran kepada 33 kabupaten/kota agar Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota berkoodinasi dengan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD).
Kemudian juga berkoordinasi dengan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL), Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) dan instansi lainnya, agar melakukan kewaspadaan dini.
"Edukasi kepada semua lapisan masyarakat terkait apa-apa saja tanda-tanda dari gagal ginjal akut juga, agar tidak terlambat penanganannya," jelasnya.
Advertisement
Lakukan Penyelidikan Epidemiologi
Dinas Kesehatan Provinsi Sumut juga akan melakukan penyelidikan epidemiologi ke rumah sakit dan masyarakat, di mana wilayah tempat tinggal si pasien tersebut. Lalu, menganjurkan juga kepada Dinkes Kabupaten/Kota agar melakukan surveilance.
"Imbauan Pak Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi, agar jika ada anak yang sakit segera bawa ke fasilitas pelayanan kesehatan, agar mendapat pelayanan medis secepatnya," ucap Ilyas.
Kasus gagal ginjal akut tidak hanya terjadi di Sumut, melainkan ditemukan di provinsi lain, bahkan di sejumlah negara di dunia. Di Indonesia dilaporkan 155 kasus kumulatif di 18 provinsi.
Peningkatan sejak Juli sampai September, dan tertinggi di September 2022 dengan jumlah kasus 78 orang. Paling banyak anak-anak usia 1 hingga 5 tahun sebanyak 75 orang dari total kasus 155 orang.
Gejala Penderita Gagal Ginjal Akut
Penderita gagal ginjal akut kebanyakan usia 0-18 tahun, dan mayoritas balita, memiliki gejala demam atau infeksi lain. Didiagnosis gagal ginjal akut yang belum diketahui etiologinya. Tidak mengalami kelainan ginjal sebelumnya atau penyakit ginjal kronik.
Kemudian, didapatkan tanda hiperinflamasi dan hiperkoagulasi. Selain itu, ada kejadian awal 16 Oktober 2022 ada kasus kematian 70 orang anak di Gambia. Diduga dari obat yang mengandung diethylene glycol dan ethylene glycol.
Dari 19 kasus Gambia, diperiksa PCR dan Metagenomik, tidak ditemukan patogen penyebab yang spesifik. Patogen yang paling banyak ditemukan dari 19 kasus tersebut adalah Human Parainfluenza Virus (HPIV) 31,6 persen, Adenovirus 15,8 persen, Influenza A 15,8 persen. Metagenomik squenzing ditemukan 40 persen bakteri Leptospira santorasai.
Advertisement