Liputan6.com, Jakarta - Krisis iklim mendesak umat manusia untuk berevolusi dengan lingkungan. Karenanya, industri hijau yang berkelanjutan terus didorong dan telah menjadi tren global. Selain menjadi peluang bisnis, tapi juga dinilai mampu membangun peradaban baru dunia.
Pembangunan industri hijau pun terus digalakkan berbagai pihak sebagai upaya efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya secara berkelanjutan. Hal ini agar pembangunan industri selaras dengan kelestarian fungsi lingkungan hidup, serta dapat memberikan manfaat bagi masyarakat.
Baca Juga
Perjuangan itu pun dilakukan PT Greenhope yang berinovasi dengan teknologi plastik hijau, yang baru saja meresmikan Green Industry di Desa Bitung Jaya, Cikupa, Tangerang, Senin 17 Oktober kemaren.
Advertisement
Tujuannya tak lain sebagai solusi pengurangan sampah plastik yang sudah menjadi isu global.
Greenhope menciptakan teknologi yang tepat dan dapat beradaptasi untuk mengatasi masalah sampah plastik di berbagai negara dan kondisi. Pencapaian ini merupakan langkah besar yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan keberlanjutan planet bumi.
Dalam tiga tahun terakhir, nilai investasi ini secara global meningkat lebih dari 67 persen sejak dari tahun 2018. Di Asia sendiri, aktivitas investasi dalam era digital telah meningkat dua kali lipat selama satu dekade terakhir. Bahkan, market size industri di Asia diperkirakan mencapai $5 triliun USD pada tahun 2023 mendatang.
"Artinya, investor dan stakeholder industri melihat peluang industri hijau di masa depan menjanjikan. Tentunya jika didukung dengan kemajuan teknologi, pembiayaan, dan kebijakan regulasi, industri hijau akan semakin menarik dan kompetitif," kata Asrad Assrid, Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Rabu (19/10/2022).
Menurutnya, tren industri hijau juga meningkat dengan banyaknya startup hijau. Namun, kata dia, membangun industri hijau tidak lah mudah dan penuh tantangan, salah satunya pembiayaan industri hijau yang mahal.
"Contohnya energi baru dan terbarukan, itu kan tidak mudah. Infrastruktur yang kurang mendukung, misalnya kurangnya stasiun untuk pengisian listrik umum. Kalau infrastrukturnya masih kurang, ini membuat masyarakat enggan bermigrasi dari kendaraan BBM ke listrik," papar Asrad.
Menurutnya, Kadin sebagai rumah bagi pelaku usaha industri, berkomitmen untuk mengeksplorasi industri hijau di Indonesia dengan berbagai tantangannya. Pertama, mendorong sektor industri hijau melalui jaringan di dalam dan luar negeri melalui perjanjian bilateral. Kedua, mendorong kemitraan publik dan swasta untuk mengembangkan industri hijau.
Ketiga, menjadi mitra pemerintah dalam memberikan masukan terkait stimulus untuk mendorong inisiatif pelaku industri hijau di Indonesia. Kemudian menggerakan dan memperkuat jejaring perusahaan di Indonesia untuk segera bertransisi ke energi hijau melalui program-program berkelanjutan.
Sementara Kolumnis Dahlan Iskan menyampaikan, menjaga kebersihan kerap diabaikan sebagian besar orang karena merasa tak memiliki tanggung jawab terhadap lingkungan.
"Kebersihan adalah tanggung jawab kita bersama, biasanya tidak sukses, karena tidak ada yang merasa bertanggung jawab. Tetapi kalau diganti, kebersihan adalah tanggung jawab bagian kebersihan, dia akan bebersih," ujar Dahlan.
"Nah, kalau ancaman plastik selama ini hanya menyangkut "what it mean to us" , apa artinya bagi kita, itu tidak mengena. Orang berubah dari "what it mean to us" menjadi "what it mean to me". Kalau sudah diubah, biasanya mendapat concern yang lebih tinggi. Dan ini momentumnya dapat, karena plastik tidak lagi mengancam "kita" tapi mengancam "saya"," paparnya.
Menurutnya, Tommy Tjiptadjaja selaku Co-Founder & CEO Greenhope, sangat berani menghadapi tantangan karena mendirikan pabrik plastik berbahan singkong, yang harganya lebih mahal dan pastinya sulit bersaing secara komersial.
"Karena di sini banyak yang dari kalangan industri sejenis, maka ini bukan lagi kepentingan Pak Tommy sendiri, tetapi sudah kepentingan industri, jadi harus bergerak bersama-sama," jelasnya.
Dengan adanya inovasi yang dikembangkan Greenhope, Dahlan meyakini dapat mengurangi pencemaran lingkungan yang dilakukan pabrik kertas selama bertahun-tahun. Bahkan, kata dia, sejumlah pabrik kertas kini juga mulai memikirkan untuk mengganti ke inovasi terbaru yang ramah lingkungan.
"Maka inilah yang disebut kepentingan industri. Berarti tidak perlu lagi bersaing antar industri sejenis karena nanti malah gagal. Tetapi bagaimana berjuang bersama-sama menyatukan kepentingan industri ini.
Tobat Pakai Plastik
Komisaris Utama PT Pertamina, Basuki Tjahaja Poernama atau Ahok yang turut hadir, menyampaikan apresiasinya atas semangat dan kerja keras para pelaku industri hijau yang berkomitmen menjaga kelangsungan lingkungan.
Menurutnya, berbagai ancaman bagi dunia yang tak bisa dihindari, memicu manusia untuk melakukan transisi. Meski begitu, kata dia, transisi yang dibutuhkan masih belum mengarah ke sesuatu yang jelas dan pasti.
"Sama halnya kita di industri minyak dan gas bumi, namanya transisi, kita nggak jelas sebetulnya. Kalau kita panggil konsultan terhebat pun, ke depan maunya gimana. Dia bilang uncertainly karena memang gak jelas," jelas Ahok.
Ia juga menyinggung konsep Net Zero Emission (NZE), dimana emisi karbon sepenuhnya diserap oleh bumi melalui berbagai kegiatan manusia dan bantuan teknologi, sehingga tidak menimbulkan pemanasan global. Upaya ini sedang banyak digaungkan di berbagai negara sebagai puncak harapan masa depan.
Menurutnya, konsep tersebut menjadi keunggulan kooperatif bagi perekonomian Indonesia yang kabarnya memiliki fasilitas penyimpanan karbon seperti Malaysia.
"Data yang terakhir, saya dengar fasilitas penyimpanan, nama kerennya tuh kira-kira begini carbon capture utility storage itu ada di Indonesia 32 persennya ada di Malaysia, dan itu ada di mana di Selat Sunda paling besar selain di Kalimantan Timur," ungkap Ahok.
"Sekarang tinggal Pertamina mau ke mana ini, kita punya cadangan panas bumi yang luar biasa. Ini adalah back up terbaik buat semua energi yang katanya hijau. Tapi bahan-bahan ngepaknya ini apa, ini plastik. Nah kita bersyukur ada Pak Sugi ada Pak Tommy yang mempunyai research," ujarnya.
Mantan Gubernur DKI itu menegaskan, ke depannya penggunaan produk-produk Petrokimia tetap tak bisa dihindari. Pasalnya, berbagai bahan baku untuk barang-barang, seperti obat-obatan, pakaian hingga kendaraan listrik, semuanya memakai produk Petrokimia.
Namun, dengan adanya inovasi teknologi plastik hijau yang dikembangkan Greenhope, dapat menjadikan penggunaan plastik lebih aman dan tidak merusak lingkungan.
"Saya yakin dengan situasi covid, kita punya waktu lebih banyak. Terakhir, saya suka kalimatnya saudara Tommy, bertobatlah, kira-kira begitu. Ya udah kita sama-sama bertobat, karena ini adalah harapan kita bersama," imbuh Ahok.
"Banyak hal kita akan lebih unggul dari bangsa lain. Jadi inilah untungnya jadi negara yang agak tertinggal, tiba-tiba alam semesta mengubah semua ini, membuat kita lebih ke depan. Kita bisa lebih maju, kita menentukan harga carbon capture. Mungkin ke depan kita bisa menentukan arah teknologi untuk plastik ini, misalnya untuk membungkus atau apapun dari bahan plastik, kita akan memimpin," tandasnya.
Ditambahkan Letjen TNI Doni Monardo yang menyampaikan apresiasi atas partisipasi Greenhope dalam program "Citarum Harum" yang berjalan sukses dengan penggunaan kantong bibit singkong.
Jutaan bibit kopi dan tanaman hijau yang ditanam di kawasan hulu Citarum, juga telah menunjukkan progres yang cukup baik. Salah satunya menghasilkan biji kopi premium yang tidak terdapat kandungan plastik.
"Alhamdulilah kopi yang ditanam, hari ini sudah panen, dan dibeli oleh perusahaan PT Kapal Api. Dan sekarang informasinya sudah masuk di pasar Eropa, khususnya Italia. Artinya, bahwa kualitas kopi ini premium, tidak ada kandungan plastik di dalam biji kopinya," jelas Doni.
Ia juga mengimbau kepada seluruh lapisan masyarakat agar mau memiliki perubahan perilaku demi keberlangsungan limgkungan. Menurutnya, tanpa adanya kesadaran kolektif untuk memperbaiki lingkungan, maka Indonesia Emas 2045 akan sulit terwujud dan hanya menyisakan Indonesia cemas.
"Tetapi begitu banyak pihak-pihak yang sekarang bekerja keras untuk menjaga ekosistem negara kita, maka Indonesia Emas insya Allah akan terwujud," ucapnya.
Doni juga meminta peran serta orangtua untuk menjadi bagian dalam membantu perubahan perilaku untuk menghargai lingkungan. Termasuk mendorong para pemimpin di daerah untuk memasukkan program pelajaran atau ekstra kulikuler yang berhubungan dengan lingkungan.
"Dengan cara ini, anak cucu kita akan mengalami perubahan untuk bisa menghargai lingkungan lebih baik di masa depan," imbuhnya.
Advertisement