Sukses

Bicara Krisis Iklim hingga Perdamaian, 50 Perwakilan Negara Datang ke Bandung

MPR RI menginisiai pembentukan Forum MPR Dunia di Kota Bandung.

Liputan6.com, Bandung - Indonesia melalui Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI menginisiasi pembentukan Forum Majelis Permusyawaratan Rakyat Dunia atau World Forum People's Consultative Assembly. Sebanyak 50 negara pun diundang datang ke Kota Bandung selama tiga hari di tanggal 24-26 Oktober 2022 ini.

Sekretaris Jenderal MPR RI, Ma'Ruf Cahyono, mengatakan, usul pembentukan forum MPR dunia tersebut di antaranya bertujuan untuk penguatan diplomasi dalam rangka mewujudkan tatanan dunia yang lebih damai, berkeadilan dan berkeadaban.

"Kita pahami betul konsidi kini penuh ketidakpastian, pergerakan yang cepat dan kompleks akibat kondisi global termasuk karena disrupsi teknologi informasi, pemanasan global, pandemi dan lain-ain. Ini memerlukan kerjasama antarnegara, karenanya kita menginisiasi ini," kata dia beberapa waktu lalu di Bandung.

Jika kemudian forum MPR Dunia ini disepakati, kata Ma'ruf, diharapkan jadi forum alternatif dan penguatan atas forum-forum internasional yang telah ada. Serta bisa memperluas sinergi global, tidak hanya antar parlemen negara-negara terlibat, tapi juga lembaga-lembaga negara atau non-negara.

"Bergotong royong akan lebih ringan manyelesaikan masalah-masalah universal yang menimbulkan krisis  kemanusiaan, soal hak asasi manusia, kebudayaan, religi. Bersama-sama berperan dan MPR Dunia ini jadi alternatif yang strategis," ujarnya.

Dia menyebut beberapa delegasi negara yang sudah dipastikan bakal hadir di antaranya dari Saudi Arabia, Mesir, Palestina, Iran, Irak, Aljazair, Bahrain, Morocco, Pakistan, Yordania, Yaman, Malaysia, dan Mozambik.

24 duta besar negara sahabat yang tergabung dalam OKI atau Organisation of Islamic Cooperation disebut turut mendukung Indonesia atas pertemuan internasional yang rencananya dibuka oleh Presiden Joko Widodo dan ditutup oleh Wakil Presiden Ma'ruf Amin tersebut. Adapun, dukungan tersebut kabarnya disampaikan saat Ketua MPR RI bertemu dengan duta besar ke-24 negara di Jakarta, September 2022 lalu.

 

2 dari 2 halaman

Histori Solidaritas Asia-Afrika

Ma'ruf mengatakan, Kota Bandung dipilih jadi tuan rumah karena pernah jadi kota bersejarah Konferensi Asia-Afrika tahun 1955 silam. Spirit solidaritas internasional itu turut dijadikan pijakan kini. Dalam sejarahnya, MPR RI, saat berstatus MPRS, juga disebut pernah berkantor di Gedung Merdeka dari tahun 60-an hingga 1971.

Di samping itu, kata dia, Kota Bandung layak terus dipromosikan ke hadapan mata dunia karena memiliki potensi-potensi kultural, seperti kesenian hingga bangunan-bangunan bersejarah.

"Ada gala dinner di Gedung Sate, ditampilkan kesenian daerah ke degelasi negara", "selain keterikatan, keterpaduan pikiran yang akan disampaikan di forum secara subtantif, juga ada hal-hal historis yang diekspresikan dalam kegiatannya," ujar dia.

Sebelumnya, Kepala UPT Museum Konferensi Asia-Afrika, Dahlia Kusuma Dewi, menyampaikan, pembukaan pertemuan para pemimpin parlemen tersebut akan berlangsung di Gedung Merdeka, baru selanjutnya berkunjung ke Museum KAA. Para delegasi dijadwalkan mengikuti historical walk, berkeliling melihat bangunan cagar budaya di Kota Bandung tersebut.

Dahlia memastikan, pihak museum siap untuk menyambut para delegasi. Sebagai penunjang, beberapa bagian museum direnovasi terlebih dahulu. "Tanggal 25 Oktober pagi itu kegiatan berada di Aula Gedung Merdeka, setelah itu dijadwalkan ke Museum KAA," katanya.