Liputan6.com, Serang - Sebanyak 12 balita di Banten menderita gagal ginjal akut misterius (accute kidney injury/AKI) misterius atau gagal ginjal anak progresif atipikal. Dari total tersebut, tiga sembuh, seorang dalam perawatan, dan delapan lainnya meninggal.
Baca Juga
Advertisement
"Kabupaten Tangerang, 6 kasus, 4 meninggal, dan 2 sudah sembuh. Kota Tangerang 4 kasus, 3 meninggal, 1 masih dalam perawatan. Tangsel 1 kasus sembuh. Kota Cilegon 1 kasus meninggal," kata Kadinkes Banten, Ati Pramudji Astuti, kepada awak media, Senin (24/10/2022).
Gejala penderita AKI yakni saluran pernafasan akut, batuk pilek, demam, gangguan pencernaan, nafsu makan berkurang, mual muntah, berkurang urine, bahkan pembesaran kelenjar getah bening.
Gagal ginjal akut pada balita atau anak-anak disebabkan tiga zat kimia berbahaya, yakni ethylene glycol (EG), diethylene glycol (DEG), dan ethylene glycol butyl ether (EGBE). Seharusnya ketiga zat kimia itu tidak ada dalam obat sirup, kalaupun ada, kadarnya harus sangat sedikit agar tidak berbahaya bagi kesehatan.
"Ini toxic, jadi bukan karena virus atau bakteri atau kuman. Jadi ini virus yang terkandung dalam zat obat sirup itu," terangnya.
Imbauan Dinkes Banten
Kadinkes mengimbau masyarakat tetap tenang. Jika ada anaknya yang mengalami demam, sesak napas, ataupun batuk pilek, segera dibawa ke rumah sakit, klinik atau puskesmas terdekat dan jangan membeli obat warung.
Lebih baik menjaga daya tahan tubuh anak dengan melakukan pola hidup bersih dan sehat, konsumsi makanan, dan minuman juga bagus dijaga agar tetap bugar.
"Jangan langsung melakukan pengobatan dengan beli obat di warung. Biasakan berobat ke faskes, serahkan kepada dokter, biar dokter yang nanti memberikan (obat) apa yang harus diberikan kepada pasien anak itu sendiri. Kemudian yang pasti, tetap daya tahan tubuh dijaga, karena itu paling utama," dia menandaskan.
Advertisement