Liputan6.com, Yogyakarta - Bunyi layaknya peluit kereta uap akan terdengar ketika penjual kue yang satu ini melintas. Bunyi melengking yang cukup panjang ini menjadi penanda bahwa penjual kue putu bumbung lewat.
Bunyi tersebut berasal dari uap yang keluar melewati celah kecil pada kukusan putu. Saat mendengar bunyi tersebut, para pembeli pun akan bergegas keluar rumah untuk membelinya.
Kue berbahan dasar tepung beras ini merupakan jajanan khas Indonesia yang dijual di berbagai wilayah, seperti Solo, Yogyakarta, Semarang, dan sekitarnya. Tepung beras bertekstur kasar yang berpadu dengan gula merah di dalamnya ini memiliki cita rasa yang manis dan gurih.
Advertisement
Karena menggunakan kukusan dari bambu (bumbung), kue ini memiliki bentuk yang lonjong, mengikuti bentuk bambu. Cara memasaknya yang unik, tak jarang menjadi tontonan yang menarik bagi para pembeli.
Baca Juga
Mengutip dari "Kuliner Tradisional Solo yang Mulai Langka" oleh Dawud Achroni, kue ini dibuat dengan cara memasukkan adonan tepung beras ke dalam cetakan kecil dari bumbung. Pada bagian tengahnya diisi gula merah yang telah disisir, kemudian diisi lagi dengan adonan tepung yang sedikit dipadatkan.
Selanjutnya, bumbung yang sudah diisi tersebut dipanaskan di atas kaleng bekas kemasan minyak goreng yang diberi lubang. Dalam kaleng bekas yang diberi lubang tersebut terdapat kompor dan tempat untuk memasak air.
Uap panas dari air mendidih inilah yang membuat putu menjadi matang. Proses pengukusan tersebut juga membuat gula merah mencair, sehingga akan terasa lumer ketika digigit.
Setelah matang, bumbung-bumbung yang menjadi cetakan kue diangkat dari alat dudukannya. Kemudian, kue putu didorong keluar dari dalam bumbung menggunakan potongan kayu.
Karena dimasak menggunakan cetakan yang terbuat dari bumbung inilah, kue ini dikenal dengan sebutan putu bumbung. Bumbung adalah tabung bambu yang biasanya memiliki diameter sekitar 3 cm.
Kue putu bumbung umumnya disajikan dengan parutan kelapa. Perpaduan tepung beras, gula merah, dan parutan kelapa, menjadikan kue tradisional ini memiliki cita rasa pulen, gurih, sekaligus manis.
Makanan ini biasanya berwarna putih atau hijau muda. Warna hijau pada putu bumbung berasal dari pewarna alami, yakni daun pandan.
Sayangnya, keberadaan kue putu bambu saat ini sudah semakin langka. Meski demikian, masih ada penjual kue putu bumbung di beberapa wilayah yang menjajakan dagangannya dengan dipikul.
Â
Penulis: Resla Aknaita Chak