Liputan6.com, Bali - Jauh-jauh hari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah memprakirakan, musim hujan di tanah air datang lebih awal dibandingkan tahun sebelumnya. BMKG menyebut, awal musim hujan di Indonesia terjadi pada September hingga November 2022, dengan puncak musim penghujan diprakirakan terjadi pada Desember 2022 dan Januari 2023. Kondisi itu membuat beberapa daerah di Indonesia dilanda banjir dan longsor dalam waktu bersamaan, tak terkecuali Bali.
Curah hujan di wilayah Bali bahkan sudah mencapai tingkat ekstrem pada awal Oktober, yaitu mencapai 105-344 mm/hari. Hujan ekstrem tersebut berdampak banjir di 13 lokasi dan longsor di beberapa titik yang tersebar di 5 kabupaten, antara lain Jembrana, Tabanan, Badung, Gianyar, dan Karangasem. Sejumlah fasilitas umum dilaporkan rusak, termasuk jalan nasional yang paling terdampak sehingga sempat membuat aktivitas warga terganggu.
Baca Juga
Sebagai pihak yang paling berwenang terhadap 215,64 kilometer ruas jalan nasional di bagian timur Bali, pihak Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah 2 Provinsi Bali (Satker PJN 2 Bali) di bawah Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Jawa Timur-Bali, Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian PUPR, bergerak cepat mengantisipasi datangnya curah hujan yang lebih ekstrem.
Advertisement
Apalagi ruas jalan ratusan kilometer yang meliputi wilayah Ubud-Tampaksiring (Istana Presiden), Klungkung-Penelokan-Ulundanu, dan Klungkung-Amlapura-Kubutambahan-Singaraja, sebagian besar berada pada wilayah curah hujan ekstrem.
Langkah Antisipasi
Menghadapi situasi tersebut, Kepala Satker PJN 2 Bali Suparyanto tidak tinggal diam, bersama dua Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), yaitu I Gede Trisna Sura Natadan I Made Budiana, mereka malakukan langkah-langkah pemeliharaan jalan yang diperlukan untuk menjaga kinerja jalan nasional.
Suparyanto menjelaskan, pada umumnya perkerasan lentur sangat rentan terhadap air. Air yang menggenang lama di atas perkerasan berpotensi masuk ke dalam dan melemahkan struktur pondasinya. Salah satu akses air masuk ke dalam struktur pondasi adalah melalui lubang dan retak pada permukaan perkerasan. Dampaknya jalan bisa amblas.
“Memperhatikan dampak besar yang dapat diakibatkan oleh lubang pada perkerasan, maka Satker PJN 2 Bali giat melakukan kegiatan sapu lubang dengan bahan campuran aspal panas (hotmix),” katanya.
Tak hanya itu, pembersihan saluran drainase juga menjadi hal penting yang mendesak untuk dilakukan. Saluran drainase, menurut Suparyanto, merupakan salah satu dari empat komponen utama jalan yang berfungsi untuk menampung dan mengalirkan air dari permukaan jalan menuju pembuangan akhir.
Curah hujan yang ektrem biasanya akan berdampak pada meningginya level muka air saluran hingga yang terburuk adalah naiknya air saluran ke perkerasan. Untuk mencegah potensi terburuk, Satker PJN 2 Bali melakukan kegiatan pembersihan saluran secara intensif, terutama pada lokasi yang memiliki riwayat banjir tahunan.
“Selain pembersihan juga dilakukan perbaikan struktur saluran untuk mencegah gerusan air pada badan jalan,” katanya.
Catatan Satker PJN 2 Bali menyebutkan, ruas jalan di bawah kewenangannya banyak yang berada di lereng dan tebing dengan ketinggian ektrem dan kemiringan yang curam. Sebagian besar lereng dan tebing tersebut berada pada wilayah dengan curah hujan tinggi dengan tanah penyusun lereng sebagian besar berjenis humus.
Pada saat curah hujan tinggi, lereng dapat mengalami kondisi jenuh air hingga mengalami keruntuhan/longsor. Longsoran dapat membawa material tanah maupun batang pohon ke badan jalan. Sebagai antisipasi terhadap dampak bencana longsor terhadap bangunan jalan dan fungsinya, Satker PJN 2 Bali melakukan langkah-langkah mulai dari mitigasi sampai penanganan.
Advertisement
Tim Reaksi Cepat Siaga Bencana
Penanganan banjir dan longsor di tengah curah hujan yang masih tinggi, tidak bisa dilakukan dengan cara biasa. Untuk itu Satker PJN 2 Bali memiliki Tim Reaksi Cepat (TRC) Siaga Bencana, beranggotakan Kepala Pengawas Lapangan beserta staf Teknik, yang digerakkan Pejabat Pembuat Kewenangan berkoordinasi dengan Kepala Satker PJN 2 Bali.
TRC Siaga Bencana bertugas secara reaktif menerima segala laporan dan informasi bencana di ruas jalan yang menjadi kewenangannya. Tugas utamanya adalah memberikan respons cepat dan bertindak akurat, baik itu mulai dari mitigasi hingga penanganan bencana banjir dan longsor. Dalam menjalankan tugasnya, TRC didukung sumber daya tenaga kerja padat karya dan peralatan berat milik UPR BBPJN Jatim-Bali.
Selama penanganan bencana, TRC wajib menyampaikan laporan teknis kepada Kepala Satker PJN 2 Bali untuk kemudian disampaikan ke Kepala BBPJN Jatim-Bali Apri Artoto. Laporan teknis tersebut kemudian menjadi referensi dalam pembahasan usulan penanganan jalan di tingkat balai.