Sukses

Curhatan Emak-Emak Usai Raibnya Tahu dan Tempe di Garut

Kehadiran tahu-tempe di pasaran cukup membantu warga dalam melengkapi sajian makanan bergizi di rumah

Liputan6.com, Garut - Kalangan emak-emak di Garut, Jawa Barat menjerit setelah dua hari ini tanpa kehadiran tahu-tempe di dapur mereka, setelah perajin tahu-tempe mogok produksi dan jualan.

“Wah curhatan emak-emak mah sudah viral sejak tahu tempe tidak ada di warung, maklum tahu-tempe sudah menjadi makanan sehari-hari,” ujar Nur, salah satu warga Ciparay, Kecamatan Karangpawitan, Garut, Ahad (30/10/2022).

Sebelumnya paguyuban tahu-tempe Jawa Barat, terpaksa melakukan demo mogok selama tiga hari terhitung sejak kemarin hingga esok hari. Aksi mereka sebagai penolakan tingginya harga kacang kedelai, serta kenaikan harga kedelai yang kerap berlangsung setiap hari.

Menurut dia, absennya pedagang tahu-tempe di warung dan pasar tradisional terdekat, cukup membuat emak-emak resah. “Infonya sampai besok, paling jualan hari Selasa,” kata dia meradang.

Nur yang keseharian sebagai buruh lepas asisten rumah tangga itu, memang terbantu dengan kehadiran salah satu makanan tradisional khas masyarakat Indonesia itu.

“Namanya juga masyarakat kecil tahu-tempe cukup membantu, selain murah juga bergizi,” kata dia.

Hal senada disampai Susan, warga Ciawitali, Kecamatan Tarogong Kidul. Hilangnya tahu-tempe di pasaran membuat dirinya mengalihkan pembelian makanan pelenglap nasi tersebut ke sayuran.

“Tapi tetap saja sayuran atau sambal tanpa tahu-tempe terasa kurang,” ujar dia.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Perajin Tempe dan Tahu Mogok Produksi

Menurutnya, kehadiran tahu-tempe di pasaran cukup membantu warga dalam melengkapi sajian makanan bergizi di rumah. “Saya berharap keluhan para pengrajin dengan demo mogok jualan segera mendapat respons pemerintah,” kata dia.

Ia menilai kenaikan harga dasar kedelai yang terjadi setiap hari memang memberatkan para pengrajin, namun hal itu bukan alasan satu-satunya raibnya produk tahu-tempe di pasaran.

“Harusnya ada subsidi, atau kalau tidak pemerintah membuat aturan lain yang membantu pengrajin tahu-tempe,” ujar dia tanpa merinci aturan apa yang dimaksud.

Yanto, salah satu pedagang sayuran keliling antar-perumahan, cukup kerepotan banyaknya pertanyaan pembeli mengenai tahu-tempe. “Dari kemarin ditanyaian ke mana tahu-tempenya, saya bilang lagi demo sampai Senin,” kata dia.

Sontak jawaban itu membuat emak-emak meradang. Maklum selama ini tahu-tempe selalu menghiasai etalase jualan sayuran yang ia bawa. “Di seluruh pasar juga saya tidak bisa membeli sebab serempak mogok jualan, kalau ada yang jualan katanya akan disweeping pengrajin lain,” ujar dia.

Berdasarkan pantauan Liputan6.com di pasar induk Ciawitali dan beberapa Pasar Kojengkang di Garut, tahu-tempe tampak raib di pasaran.