Sukses

Ragit Jalo Khas Palembang, Sajian untuk Teman Minum Teh pada Sore Hari

Kelezatan ragit jalo pun merambat dan menyebar dengan cepat.

Liputan6.com, Palembang - Jika di Medan ada roti jala dan di Indramayu ada ragit mie, maka di Palembang ada ragit jalo. Meski terlihat serupa, ragit jalo memiliki perbedaan dengan dua kuliner tersebut.

Perbedaannya terletak pada kuah serta aroma rempahnya yang menggoda. Roti jala khas Medan terbilang lebih kental daripada ragit jalo, sedangkan ragit mie khas Palembang menggunakan kuah santan ebi.

Ragit jalo terbuat dari bahan yang juga sederhana, yakni tepung terigu, telur, dan sedikit garam. Sajian ini biasanya dipadukan dengan kuah kari sebagai teman bersantap.

Ragit jalo biasanya juga dikreasikan menjadi bentuk lipat segitiga atau sekadar digulung sebelum disantap. Mengutip dari laman indonesia.go.id, disebutkan bahwa resep ragit jalo diberikan oleh para pedagang asal Gujarat, India.

Wilayah tersebut masuk ke dalam wilayah Kerajaan Sriwijaya sejak awal abad 7 Masehi. Kelezatan ragit jalo pun merambat dan menyebar dengan cepat.

Alhasil, ragit jalo menjadi makanan yang disukai oleh beberapa orang di lingkungan kerajaan pada saat itu. Ragit jalo juga sering kali hadir dalam hajatan di kerajaan sebagai santapan untuk tamu kehormatan.

Kudapan ini juga disukai oleh para pedagang dari Persia yang singgah dan menetap di kawasan kerajaan. Pada hari-hari biasa, ragit jalo menjadi santapan yang pas untuk sarapan atau untuk sekadar menjadi teman minum teh di sore hari.

Sementara saat Ramadan tiba, sajian ini banyak dicari untuk dijadikan santapan takjil. Kuliner yang satu ini pun terbilang cukup murah, yakni hanya Rp9.000 hingga Rp15.000 per porsinya.

Kuliner ragit jalo ini bisa ditemui di komunitas pedagang Arab Kota Palembang. Mereka biasanya berada di Pasar Kuto, Kuto Baru, dan Sayangan.

 

Penulis: Resla Aknaita Chak

Saksikan video pilihan berikut ini: