Sukses

Jelang COP27, Mahasiswa S3 Indonesia di Inggris Berkumpul Bahas Isu Lingkungan

Mahasiswa S3 dari Indonesia berkumpul untuk membahas isu perubahan iklim yang digelar oleh Doctrine-UK.

Liputan6.com, Jakarta - Mahasiswa S3 dari Indonesia berkumpul untuk membahas isu perubahan iklim yang digelar oleh Doctrine UK. Mereka adalah mahasiswa program doktoral yang sedang melakukan riset tentang beragam isu lingkungan di universitas-universitas terbaik di Inggris.

Persamuhan tersebut dilakukan menjelang United Nations Climate Change Conference (COP27) yang akan digelar di Sharm El Sheikh, Mesir pada 6-18 November 2022.

“Ini momentum yang sangat baik untuk mengingatkan dan menagih komitmen pemerintah Indonesia dalam mengatasi perubahan iklim. Pertemuan COP27 pekan depan harus menjadi pengingat bagi delegasi seluruh negara bahwa kerusakan lingkungan terus terjadi,” kata Ida Bagus Mandhara Brasika, mahasiswa S3 bidang Matematika Iklim di University of Exeter dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Rabu (2/11/2022).

Mandhara yang melakukan riset tentang deforestasi di Indonesia, mengatakan bahwa perubahan iklim adalah isu yang sangat penting. Sayangnya, banyak orang yang mengabaikan hal tersebut termasuk pemangku kebijakan. 

“Hutan Indonesia memiliki fungsi yang sangat penting di dunia. Dulu, Kalimantan adalah pulau dengan hutan terluas di dunia, sayangnya kini menjadi pulau yang paling banyak kehilangan hutan dalam beberapa dekade terakhir,” ucap pria yang menggagas Bank Digital Sampah di Bali tersebut.

Indonesia menjadi negara yang tidak luput dari perubahan ikim. Data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika menyebutkan perubahan iklim telah menyebabkan intensitas El Nino dan La Nina semakin meningkat.

Selain itu, perubahan iklim mengakibatkan terjadinya kenaikan muka air laut hingga satu sentimenter pertahun untuk delapan puluh tahun ke depan.

 

2 dari 2 halaman

Pentingnya Pendanaan Perubahan Iklim

Ketua Klaster Perubahan Iklim Doctrine UK Rezza Prisandy, menegaskan bahwa komitmen pemerintah dan dukungan penuh sektor jasa keuangan terhadap pendanaan perubahan iklim menjadi kunci keberhasilan pemenuhan target NDC Indonesia.

Berdasarkan peta jalan Dokumen Kontribusi Nasional, Indonesia membutuhkan pendanaan sebesar Rp 3.779 triliun.

“Artinya, setiap tahun pemerintah perlu mengalokasikan anggaran minimal Rp200 triliun, atau setara dengan sedikitnya 7 persen dari anggaran belanja negara tahun 2022,” ujar Rezza yang mengambil S3 dengan fokus riset mengenai climate risk and financial instability di University of Manchester.

Diskusi Doctrine UK tersebut digelar secara daring dan menyajikan pembicara yang sedang melakukan penelitian di bidang iklim dan lingkungan. Antara lain Rama Permana, mahasiswa S3 bidang Sustainable Transport Bournemoth University yang meneliti tentang kendaraan listrik dan ramah lingkungan.

Selain itu, hadir pula Dewa Ayu Putu Eva Wishanti, peneliti dari Priestley International Centre for Climate, University of Leeds, Rendy Bayu Aditya dari University College London, dan Idham Effendi dari University of Sheffield. Ketiga mahasiswa tersebut memaparkan tentang adaptasi iklim.

Diskusi Doctrine UK merupakan kegiatan yang digelar oleh Doctoral Epistemic of Indonesian in the United Kingdom atau disingkat Doctrine-UK. Organisasi independen ini didirikan untuk membantu para mahasiswa doktoral agar saling terhubung, berkolaborasi dan berkontribusi untuk Indonesia.