Liputan6.com, Sukoharjo - Widiya Setyo Rahayu wanita muda 38 tahun itu adalah penerus ketiga usaha rumahan memproduksi jenang khas Desa Kedunggudel, Kenep, Kabupaten Sukoharjo.
Usaha Widya adalah salah satu usaha di daerah itu, lantaran desa tersebut memang pusat pembuatan jenang dan wajik ketan makanan khas Kabupaten yang terkenal juga dengan sebutan Kota Jamu itu.Â
Jebolan D3 Bisnis Internasional Universitas Sebalas Maret (UNS) itu mengaku usaha jenang miliknya sudah dijalani kakek neneknya sejak tahun 1970-an, dan saat ini dirinya sebagai penerus ketiga yang melanjutkan usaha pembuatan makanan khas Sukoharjo itu.
Advertisement
Baca Juga
Dengan cekatan ia memasukan sedikit demi sedikit bahan baku tepung beras, gula dan santan ke dalam sebuah wajan besar di atas api, setelah tercampur rata adonan tersebut dipindahkan ke dalam wajan kedua atau proses akhir dari pembuatan jenang.
Meski suasana ruangan produksi sangat panas Widya bersama dengan karyawannya dengan teliti menyelesaikan satu demi satu proses pembuatan jenang hingga menjadi sebuah adonan pekat dan menaruhnya ke dalam cetakan.Â
Â
Saksikan Video Pilihan Ini:
Tanpa Bahan Pengawet
Setelah masuk ke dalam sebuah cetakan berukuran persegi panjang dengan tinggi sekitar 10 sentimeter itu, Widya mempersiapkan daun-daun pisang dan membersihkannya menggunakan lap dapur. Daun itu yang nantinya akan digunakan sebagai pembungkus jenang-jenang yang tadi sudah dimasukkan ke dalam cetakan.
"Dalam sehari bisa membuat tiga kali adonan, satu adonan itu sekitar 25 kilo. Karyawan yang di pasar ada sendiri khusus menjual jenang yang sudah jadi, yang di sini sekitar lima orang untuk produksi," katanya kepada Liputan6.com di rumah produksi jenang miliknya, Sabtu (5/11/2022).
Ia mengaku omzet per bulan yang didapatnya dari usaha produksi jenang itu mencapai puluhan juta, hal itu sudah termasuk membayar gaji para karyawannya. Sebelumnya ia pernah bekerja di sebuah kantor dan akhirnya memilih berhenti dan melanjutkan bisnis milik kakek neneknya tersebut.
"Alhamdulillah omset per bulan bisa dapat Rp30 juta. Bisa menjadi pendapatan keluarga dan juga membantu orang lain dengan membuka lapangan pekerjaan," tutur dia.
Widiya menjelaskan jenis jenang buatannya adalah jenis makanan basah yang hanya bisa bertahan dalam hitungan hari, lantaran jenang produksi miliknya tersebut tanpa menggunakan bahan pengawet.
"Paling empat hari sudah tidak bisa dimakan, kecuali dimasukkan ke dalam wadah tertutup dan dimasukkan mesin pendingin. Jika disimpan dalam mesin pendingin bisa sampai satu bulan, nanti kalau mau dimakan tinggal dikukus lagi biar empuk lagi," kata dia.
Dia menyebut, untuk kebutuhan bahan baku seperti tepung beras, gula merah, kepala, dan juga daun pisang tak pernah kekurangan stok, termasuk untuk bahan baku wajik ketan yang menggunakan beras ketan, gula merah dan santan. Hanya saja, dia bercerita pada masa pandemi Covid-19 pernah mengalami kerugian lantaran harus tetap berproduksi meski sedikit.
Advertisement
Bahan Baku Jenang dan Wajik Ketan Aman
"Bahan baku selalu aman, kalau nombok pernah di masa pandemi Covid-19 lalu. Kita tetap harus produksi dan tetap bayar full gaji karyawan, sementara produksinya menurun drastis," katanya.
Namun saat ini kondisinya sudah perlahan-lahan membaik semua karyawannya yang sempat dirumahkan saat ini sudah mulai bekerja kembali, bahkan jumlah produksi jenangnya juga meningkat.
"Sekarang sudah normal lagi, setiap hari bagian produksid an pemasaran jalan semua. Bulan depan kemungkinan akan naik omsetnya, biasanya jelang tahun baru pesananan jenang meningkat. selain itu musim nikah, atau pas lebaran juga," ucap Widiya.
Â
Pengemasan Menggunakan Daun Pisang
Sementara itu, lokasi produksi, rumah dan juga toko kecil untuk penjualan jenang miliknya berada di satu lingkup pekarangan miliknya. Dirinya berharap usaha miliknya itu bisa menjadi salah satu cara sebagai pelaku UMKM yang turut membantu pemerintah daerah mempromosikan makanan khas itu hingga ke luar daerah.
Meski produknya baru bisa dikirim paling jauh ke Jawa Barat, namum ia optimis usaha miliknya nantinya bisa lebih besar dari saat ini dan turut membantu pemerintah daerah dalam mempromosikan daerah tersebut melalui makanan jenangnya.Â
"Semoga produksi jenang ini bisa membantu pemerintah daerah dalam promosi dalam bentuk makanan khas. Memang baru sampai Jawa Barat produk jenang saya, belum sampai daerah lainnya," ucap Widiya.
Di sisi lain, Indra salah satu karyawan di produksi jenang milik Widya mengungkapkan dirinya sudah 8 tahun bekerja dan sangat membantu perekonomiannya khususnya untuk menafkahi keluarganya.
"Setiap hari setiap paketnya membutuhkan waktu 8 jam untuk menjadi jenang. Jenang dari Desa ini memang terkenal di mana-mana, alhamdulillah tiap hari produksi dan jenangnya selalu habis terjual," tutur dia.Â
Advertisement