Liputan6.com, Manado - Pernikahan campuran sering kali terjadi di Miangas, Talaud, Sulawesi Utara. Jarak Miangas yang dekat dengan Filipina membuat masyarakat tak asing dengan adanya pernikahan campuran tersebut.
Tak hanya keturunan Filipina, di Miangas juga ada keturunan Spanyol. Masyarakat Miangas yang merupakan keturunan Spanyol kemudian disebut kancingan.
Mengutip dari laman p2k.stekom.ac.id, Pulau Miangas merupakan pulau yang sempat menjadi wilayah sengketa dengan Filipina. Bahasa yang digunakan penduduk Miangas juga telah lama dipengaruhi bahasa resmi Filipina, yakni Tagalog, dan bahasa Indonesia.
Advertisement
Baca Juga
Bahasa Tagalog biasanya digunakan oleh warga setempat untuk membicarakan hal rahasia. Kemahiran para warga dalam berbahasa Tagalog juga membantu penduduk Miangas saat melakukan barter dengan orang Filipina.
Hal tersebut otomatis mempermudah masyarakat dalam bertransaksi. Menurut penduduk setempat, kini penggunaan bahasa Tagalog di Miangas perlahan menurun.
Saat ini, sudah banyak nelayan Filipina yang juga mahir berbahasa Miangas. Adapun menurut laman kebudayaan.kemdikbud.go.id, Pulau Miangas awalnya bernama Poilaten, yang artinya 'dilihat dari Pilipina seperti kilat'.
Disebutkan pula, selain Poilaten, Pulau Miangas juga memiliki beberapa nama lain. Beberapa nama tersebut, yakni Wui Batu, Tinonda, dan Palmas.
Wui Batu berarti berarti 'dilihat seperti batu dari jauh', sedangkan Tinonda berarti orang dari Nanusa berlayar kemari atau singgah di pulai ini. Sementara itu, Palmas merupakan istilah orang Filipina karena ada pohon pinang atau palem yang ditanam orang Filipina (sampai sekarang tersisa satu pohon Palem di Wui Batu). Orang Davao Pilipina menyebutnya Tagal Palmas.
Adapun nama Miangas sendiri berarti malu atau dalam bahasa Sangir disebut 'namea'. Selain itu, Miangas diartikan juga dengan menangis.
Â
Penulis: Resla Aknaita Chak