Sukses

Uniknya Bus Kundo, Transportasi Bus Kayu di Kabupaten Karimun

Saat itu, bus kundo yang memiliki bentuk unik ini merupakan satu-satunya alat transportasi umum yang ada di Kundur, Tanjung Batu.

Liputan6.com, Riau - Salah satu wilayah di Indonesia memiliki transportasi bus unik yang terbuat dari kayu, yakni di Kabupaten Karimun, Kepulauan Riau. Bus ini terbilang cukup populer di kalangan masyarakat, khususnya di Kundur, Tanjung Batu.

Mengutip dari 'Eksistensi dan Sejarah Bus Kundo (Pembuatan Film Dokumenter berjudul “Kundo” yang berlokasi di Tanjung Balai Karimun, Kepulauan Riau)' oleh Rozi Ismawanto, bus kayu ini biasa disebut dengan bus kundo. Disebutkan bahwa bus kundo sudah ada sejak 1960-an.

Saat itu, bus kundo yang memiliki bentuk unik ini merupakan satu-satunya alat transportasi umum yang ada di Kundur, Tanjung Batu. Namun, kepopuleran bus kundo mulai menurun ketika oplet (angkot) mulai masuk pada 1997.

Masyarakat perlahan beralih dari bus kundo ke oplet. Menurunnya kepopuleran bus kundo membuat sebagian pemilik bus memilih untuk menjual bus kundo dan menggantikannya dengan oplet.

Mengutip dari sumber lain, bus kayu ini sebenarnya didesain bagi para pekerja timah di daerah setempat. Karena digunakan bagi para pekerja timah, bus ini memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan masyarakat.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Pekerja Timah

Awalnya, bus kayu pertama kali dibuat untuk pekerja timah di Desa Prayun, Pulau Kundur. Pada 1800-an, selain di Bangka Belitung, timah di Karimun dan Lingga juga dieksploitasi oleh Inggris.

Pada 1824, Karimun dikuasai Belanda. Selanjutnya pada 1950-an, pengelolaan timah memerlukan transportasi barang dan pekerja melalui jalur darat.

Bus ini bukan terbuat dari truk atau lori. Seluruh badan truk dihilangkan dan kepala truk dipangkas sebagian untuk diganti dengan kayu.

Pada bagian belakang dibuat atap dengan dinding yang terbuat dari kayu. Kayu yang digunakan pun terbilang cukup kuat karena terbuat dari kayu cengkal.

Pada 2000-an, bus dengan desain modern mulai berkembang. Hal tersebut membuat keberadaan bus kayu tak semarak sebelumnya. Saat ini, yang tersisa adalah ambulans untuk orang China yang meninggal atau yang diberi nama Bus China Mati.

Meski demikian, keberadaan bus kayu di Kabupaten Karimun menolak mati. Beberapa bus kayu masih dioperasikan di waktu tertentu, seperti untuk bus sekolah hingga disewakan untuk turis.

Untuk mengangkut turis, para wisatawan biasanya akan dipatok harga sekitar Rp300 sampai Rp700 ribu per hari. Kehadiran bus kayu pun kini menjadi daya tarik tersendiri di wilayah Kabupaten Karimun, terutama di wilayah Pulau Karimunbesar.

Pengoperasian bus kayu ini sama dengan pengoperasian kendaraan lain, seperti cara memasukkan gigi dan lainnya. Bus kayu biasanya digunakan untuk angkutan karyawan di pagi hari pada pukul 06.00 sampai 08.00.

Sementara, wisatawan biasanya menyewa bus kayu untuk dijadikan transportasi menuju ke pantai. Bus ini bisa mengangkut sekitar 22 orang.

 

Penulis: Resla Aknaita Chak