Liputan6.com, Jakarta - Gelar pahlawan nasional disematkan kepada mereka yang dengan gigih berjuang melawan penjajah untuk kemerdekaan. Tidak hanya lelaki, banyak pula pahlawan perempuan yang berjasa dalam memerdekakan bangsa ini.
Para pahlawan tersebut memberi kontribusi besar dalam mengusir penjajah sekaligus semangat kepada para rakyat untuk tetap bertahan.Â
Advertisement
Baca Juga
Karena jasa mereka tersebut, Indonesia mendedikasikan satu hari khusus untuk mengenang mereka, yaitu 10 November menjadi Hari Pahlawan.
Dirangkum dari berbagai sumber, berikut deretan pahlawan perempuan yang dengan gagah berani dan cerdas turut berjuang untuk Indonesia.
RA Kartini
Banyak orang sudah mengenal buku Habis Gelap, Terbitlah Terang. Buku ini berisi kumpulan surat yang RA Kartini tulis untuk sahabat-sahabatnya di Belanda. Bukan hanya sekadar surat saling berkabar biasa, dalam surat-surat tersebut, RA Kartini juga belajar bagaimana perempuan seharusnya bertindak, tidak hanya tentang patuh pada lelaki, tetapi juga harus mandiri.
Kegigihan RA Kartini dalam memperjuangkan kesetaraan perempuan dengan laki-laki, beliau dijuluki sebagai ikon emansipasi perempuan di Indonesia.
Untuk menghormati segala jasa RA Kartini, setiap tanggal 21 April, tanggal kelahiran pahlawan nasional wanita ini, diperingati Hari Kartini. Peringatan ini sekaligus menorehkan sejarah di Indonesia yang mencoba mengikis diskriminasi perempuan.
Cut Nyak Dhien
Cut Nyak Dhien adalah pahlawan nasional wanita dari Aceh yang menjadi ikon perempuan tangguh dan gigih. Sosoknya berjuang hingga titik darah penghabisan melawan Belanda.
Beliau tidak gentar mengikuti pertempuran untuk menyerang. Cut Nyak Dhien menikah dengan Teuku Umar yang juga pahlawan nasional yang meninggal pada tahun 1899 dan meninggalkan Cut Nyak Dhien sendiri.Â
Beliau tetap gigih berjuang sendiri di Meulaboh dengan pasukan yang minim anggota dan senjata.
Â
Saksikan video pilihan berikut ini:
Cut Nyak Meutia
Satu lagi pahlawan nasional wanita yang berasal dari Aceh, Cut Nyak Meutia. Bersama Teuku Muhammad, suaminya, Cut Nyak Meutia menjadi pahlawan yang gigih dalam pertempuran melawan Belanda.
Usai suaminya ditangkap Belanda dan dihukum mati pada 1905, Cut Nyak Meutia menikah dengan Pang Nanggroe. Sayangnya, Pang Nanggroe gugur pada 1910 ketika berperang melawan Korps Marechaussee.
Saat itu, Cut Nyak Meutia berhasil lolos dan terus melakukan perlawanan pada penjajah. Akan tetapi, 28 hari usai suaminya meninggal, Cut Nyak Meutia gugur pada 24 Oktober.
Martha Christina Tiahahu
Pahlawan nasional wanita yang sangat tangguh ini lahir pada 4 Januari 1800. Martha Christina Tiahahu sudah menjadi perempuan yang begitu tangguh sejak belia. Ia bahkan berani melawan penjajah sejak usianya 17 tahun.
Martha Christina Tiahahu berjuang sendiri setelah sang ayah dijatuhi hukuman mati oleh Belanda. Namun, kesehatan fisik beliau turun hingga kemudian tertangkap oleh penjajah dan dibawa ke Pulau Jawa bersama 39 tawanan lain untuk dijadikan pekerja paksa.
Melakukan perlawanan dengan caranya sendiri, ketika di kapal menuju Pulau Jawa tersebut, Martha Christina Tiahahu menolak untuk diobati. Dan pada Januari 1818, beliau mengembuskan napas terakhir.
Nyi Ageng Serang
Nyi Ageng Serang yang bernama asli Raden Ajeng Kustiyah Wulaningsih Retno Edi masih keturunan Sunan Kalijaga. Beliau adalah putri Pangeran Natapraja.Â
Bersama keluarganya tersebut, Nyi Ageng Serang berjuang melawan penjajah. Di tengah perlawanan, keluarga Nyi Ageng Serang gugur dan hanya menyisakan dirinya.Â
Beliau tetap berjuang bahkan berhasil menyusun strategi perang dan menjadi penasihat Pangeran Diponegoro. Nyi Ageng Serang meninggal pada usia 76 tahun karena penyakit malaria.
Itulah pahlawan nasional wanita yang semangatnya sangat tinggi dan patut untuk dijadikan kiblat dalam berjuang. Memang sekarang tidak ada lagi penjajah, tetapi semangat dalam menjadikan Indonesia tetap harus berkobar.
Advertisement