Sukses

Promosikan Kearifan Lokal Indonesia Kepada Dunia

Pertemuan para pemimpin dunia KTT G20 di Nusa Dua Bali, dimanfaatkan pemerintah Indonesia mempromosikan kearifan lokal Indonesia.

Liputan6.com, Sukoharjo Ajang pertemuan dunia Konferensi Tingkat Tinggi/KTT G20 di Bali menjadi salah satu ajang promosi tentang Indonesia, khususnya memperkenalkan kearifan lokal negara ini kepada para delegasi yang hadir.

Hal itu dimaksudkan agar usai mengikuti KTT G20 di Bali, mereka akan kembali lagi ke Indonesia dengan mengajak keluarga.

Salah satu cara berpromosi ditunjukkan Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia menyelenggarakan kegiatan workshop bersama negara-negara ASEAN 7 hingga 11 November 2022 bersamaan dengan ajang pertemuan dunia itu berlangsung.

Sekretaris Direktorat Jenderal Kemendikbudristek Fitra Arda saat menjamu para deglegasi ASEAN di Kuta Bali mengatakan, pihaknya menggelar kegiatan dengan tema 'Natural Dyes of ASEAN Workshop'.

"Kita berkumpul di Bali dalam rangka memperkenalkan kearifan lokal kepada dunia, khususnya para peserta ASEAN. Meningkatkan kesadaran bahwa material dan kearifan lokal itu penting kita lestarikan," katanya.

 

2 dari 2 halaman

Menjaga Warisan Budaya dan Lingkungan

Dia menyebut dengan memperkenalkan kearifan lokal kepada dunia menjadi salah satu cara membangkitkan kreatifitas sekaligus menjaga lingkungan.

"Tujuannya kombinasi yang tepat untuk memupuk kreativitas dan menjaga lingkungan agar tetap lestari dalam hal seni dan budaya, terutama di bidang kebutuhan sandang (atau mode pakaian) yang ramah lingkungan," ujar dia.

Fitra melanjutkan ada beberapa kegiatan yang dilakukan delegasi ASEAN salah satunya mengunjungi dan mengikuti kegiatan pengrajin di Bali.

"Mereka akan belajar dan mengenal bagaimana pnggunaan pewarna alam dalam berbagai kerajinan tekstil," ucap dia.

Sementara itu, warisan budaya di negara-negara anggota ASEAN perlu didorong, dilestarikan, dikembangkan dan dipromosikan lebih lanjut, satu di antaranya adalah Bali.

"Menggali kembali tradisi budaya pewarna alam dapat memberikan potensi untuk membudidayakan berbagai tanaman yang menjadi sumber pewarna, sehingga menghidupkan kembali rantai nilai dari pertanian, daya dukung alam, kerajinan serta industri pariwisata," katanya.