Liputan6.com, Majene - Seluruh daerah di Indonesia diminta agar memberi perhatian serius terhadap persoalan inflasi. Karena alasan itu, High Level Meeting (HLM) Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) se-Sulawesi Barat digelar di Majene, Rabu (09/11/22).
Pj Gubernur Sulawesi Barat, Akmal Malik mengatakan, persoalan inflasi menjadi perhatian serius Presiden yang ditindaklanjuti oleh Menteri Dalam Negeri. Sulawesi Barat menjadi salah satu daerah yang berkomitmen untuk menekan laju inflasi
Baca Juga
"Angka infalasi Sulbar secara nasional 5,26. Tetapi itu belum mencapai target kita. Terima kasih kepada Bank Indonesia (BI) yang memberikan perhatian dan kolaborasi untuk menekan inflasi," kata Akmal.
Advertisement
Akmal menambahkan, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan terkait penggunaan Dana Transfer Umum (DTU) dan Belanja Tidak Terduga (BTT) untuk menekan inflasi. Namun, hasil evaluasi realisasi DTU dan BTT masih rendah berada dikisaran 8,5 persen.
"Nilainya bervariasi ada sekitar Rp12 miliar, Rp8 miliar tidak semua sama. Persoalannya memang ada di tata kelola, ini menyebabkan terlambat," tambah Akmal.
Karena itu, Akmal menegaskan, melalui rapat HLM dapat ditemukan titik solusi untuk penangan inflasi di Sulawesi Barat. Dia juga mengaku heran lantaran penyumbang Inflasi Sulawesi Barat merupakan produk unggulan seperti beras, minyak, cabai serta bawang yang mana Padahal produk itu mengalami surplus.
"Kami juga berterimakasih kepada BI yang memberikan perhatian dan kolaborasi bersama untuk menekan inflasi,"ucapnya.
Dirinya mengaku, heran lantaran penyumbang Inflasi Sulbar merupakan produk unggulan seperti beras, minyak dan cabai serta bawang masih menjadi penyumbang Inflasi. Padahal produk pangan tersebut mengalami surplus.
"Kita akan melakukan antisipasi agar angka inflasi dapat ditekan sehingga perekonomian Sulbar bisa tumbuh apalagi menjelang natal dan tahun baru," ujar Akmal.
Sedangkan, Kepala Perwakilan Bank Indonesia perwakilan Sulawesi Barat, Hermanto mengaku bersyukur perekonomian provinsi ke-33 menunjukkan hal positif. Karena pertumbuhan ekonomi Sulawesi Barat dari data BPS tumbuh 3,39.Â
"Meningkat dibandingkan sebelumnya, ini tentunya hal yang positif sejak covid kita mengalami pertumbuhan negatif, dan saat ini positif lagi," kata Hermanto.
Hermanto menjelaskan, kondisi secara nasional jika dibandingkan dengan provinsi lain Sulawesi Barat berada di nomor enam terendah secara Nasional. Dengan pertumbuhan ekonomi secara tahunan pada Oktober sebesar 5,26 persen.
"Namun kita masih punya dua bulan, November dan Desember, resiko inflasi cukup tinggi. Sehingga ini menjadi perhatian untuk menekan inflasi khususnya untuk pangan," tutup Hermanto.