Liputan6.com, Langkat - Sekelompok petani terlihat santai menikmati kopi dan panganan sambil berbincang, usai mengolah lahan masing-masing. Mereka adalah penduduk desa Pasar VI, Kwala Mencirim, Sei Bingai, Kabupaten Langkat yang tergabung dalam Kelompok Tani Sehat.
"Kami berkumpul di sini dua kali seminggu untuk belajar bersama bagaimana membuat pupuk organik dan mengelola tanaman secara organik pula," ujar Adi Pryogi (53) yang merelakan lahannya seluas 3.200 meter persegi sebagai tempat belajar dan berdiskusi para anggota Kelompok Tani Sehat, Selasa (13/12/2022).
"Di sini kami saling berbagi pengalaman dan pengetahuan sambil terus belajar bagaimana mengelola pertanian sehat, untuk kemudian diterapkan di lahan kami masing-masing," tambah Adi Prayogi yang akrab dipanggil Yogi.
Advertisement
Kelompok Tani Sehat terbentuk sejalan dengan pengenalan program pertanian ramah lingkungan untuk masyarakat desa Pasar VI Kwala mencirim, Sei Bingai, Kabupaten Langkat oleh Pabrik AQUA Langkat dengan mitra pelaksana Sources of Indonesia (SOI) pada 2019.
Sejak saat itu para petani diajarkan membuat kompos padat dan kompos cair dengan memanfaatkan kotoran ternak. Kemudian dilanjutkan pengelolaan tanaman padi secara ramah lingkungan dengan menggunakan pupuk yang berasal dari bahan-bahan alamiah pada 2020.Â
Program pemberdayaan masyarakat Pabrik AQUA Langkat melalui kegiatan pertanian ramah lingkungan ini diteruskan pada 2021 hingga saat ini dengan mendorong pertanian holtikultura dengan komoditas tomat, cabai, jagung, melon, dan lain-lain sebagai bahan belajar kelompok.
Stakeholder Relations Manager Pabrik AQUAÂ Langkat Jimi Simarangkir mengatakan, Kegiatan pertanian ramah lingkungan ini bertujuan membantu masyarakat di sekitar pabrik di desa Pasar VI Kwala Mencirim dan desa Namu Ukur Utara agar dapat meningkatkan perekonomian melalui peningkatan hasil pertanian yang dikelola secara ramah lingkungan. Hasil pertanian dari Kwala Mencirim ini pun jadi lebih sehat untuk dikonsumsi masyarakat.
Keuntungan
Sementara itu Supriyadi yang juga mengembangkan tanaman holtikultura di lahannya mengakui bahwa ia kini merasa jauh lebih berbahagia setelah mengembangkan pertanian ramah lingkungan.
"Sekarang kami tidak ragu lagi untuk bertani, karena melalui pertanian ramah lingkungan kami selalu mendapatkan keuntungan finansial. Dulu, banyak dana harus kami keluarkan untuk membeli pupuk kimia sebelum mulai bertani. Sesudah itu hasil pertanian kami justru malah tidak menutupi pengeluaran membeli pupuk kimia itu," jelas Supriyadi secara gamblang.
"Dulu dengan pupuk kimia kami ikut mengurangi kesuburan tanah. Sekarang dengan menggunakan pupuk organik kami dapat memperbaiki dan kembali menyuburkan tanah, sehingga hasil pertanian pun ikut meningkat," ungkap Supriyadi penuh semangat.
Advertisement