Sukses

Waspada Sindrom FOMO Kaum Millenial pada Era Digital

FOMO merupakan kondisi di mana seseorang memiliki keinginan yang besar untuk tetap terus terhubung.

Liputan6.com, Jakarta - Teknologi dari berbagai sektor terus bergerak maju seiring perkembangan zaman. 

Berbagai media informasi dan juga alat komunikasi semakin menunjukkan eksistensinya di tengah masyarakat luas, salah satunya adalah ponsel pintar.

Saat ini, manusia di hampir semua kalangan tidak bisa lepas dari satu barang ini. Apalagi semakin berkembangnya fitur-fitur yang dimiliki berbagai ponsel.

Fitur dan kecanggihan dalam ponsel pintar ini menjadi salah satu yang alasan kaum millenial untuk tidak mau ketinggalan.

Seperti diketahui, Gen Y atau yang kerap disebut generasi milenial tumbuh sejalan dengan canggihnya teknologi yang terus berkembang pesat. 

Tak ayal, gaya hidup generasi usia 20-30 tahun ini sering dikaitkan dengan gaya hidup yang serba online karena mereka sangat dimanjakan dengan layanan internet dan dukungan perangkat ponsel pintar terbaru. 

Sudah bukan rahasia umum lagi jika generasi milenial memiliki ciri pribadi yang ingin selalu tampil eksis disegala situasi. Mengabadikan foto, edit, posting sosial media. 

Hal ini dapat dilakukan dengan satu barang, yaitu ponsel pintar atau smartphone. Ponsel pintar ini sepertinya menjadi kebutuhan dasar setiap orang, apalagi generasi milenial ya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

2 dari 2 halaman

Sindrom Fomo

Hampir setiap hari, produk smartphone meluncurkan produk terbarunya ke pasar luas, jadi laper mata nih kalo udah begini. Dengan semakin banyaknya varian terbaru setiap harinya, Hasrat untuk mengganti ponsel pintar tidak dapat dicegah lagi. 

Namun sayangnya, banyak kalangan, khsuusnya generasi milenial yang saat ini membeli ponsel keluaran terbaru hanya karena tidak ingin ketinggalan trend, gengsi, dan pamer agar dicap si paling up to date. Padahal, ponsel lama masih dalam kondisi baik, hati-hati kamu dapat terserang FOMO.

Fear of Missing Out atau yang biasa dikenal dengan singkatan FOMO merupakan kondisi di mana seseorang memiliki keinginan yang besar untuk tetap terus terhubung dengan apa yang sedang dilakukan oleh orang lain melalui dunia maya. 

Atau suatu kondisi di mana seseorang kerap merasa khawatir akan ketinggalan kabar atau trend terbaru. 

Biasanya orang-orang yang mengalami FoMO akan merasa takut dicap ketinggalan zaman dan tidak up to date. Tak hanya itu, mereka yang mengalaminya akan beranggapan bahwa orang lain selalu bersenang-senang dan memiliki kehidupan yang jauh lebih baik dibandingkan dirinya sendiri. 

Istilah FoMO ini diciptakan pertama kali pada tahun 2004, ketika seorang penulis Bernama Patrick J Mc Ginnis menerbitkan sebuah oped di The Harbus, majalah Harvard Buisness School, berjudul McGinnis ‘Two FO’s: Social Theory di HBS.

Dalam tulisan itu, ia merujuk pada FoMO dan kondisi terkait lainnya. Pada umumnya, mereka yang mengalami kondisi FoMO ini akan merasa takut ketinggalan berita terbaru, gelisah bila tidak terhubung atau mengikuti tren di dunia maya. 

FOMO menjadi fenomena baru yang lahir di tengah dominasi kaum milenial. Bahkan FOMO juga merupakan sindrom kecemasan sosial. Hal ini sebagai dampak dari perkembangan teknologi dan internet, sindrom ini juga telah membawa manusia pada posisi determinasi terhadap kebutuhan akan telekomunikasi. 

Orang yang menderita gangguan kecemasan sosial ini, mengalami perasaan rendah diri, penghinaan dan depresi karena takut dihakimi oleh orang lain. Sebuah riset yang dilakukan oleh RSPH (Royal Society of Public Health) pada Februari-Mei 2017, sekitar 40% pengguna media sosial mengidap penyakit FoMO.

Generasi milenial saat ini berlomba-lomba untuk menjadi yang paling updote informasi tertentu, barang-barang terbaru yang sedang trendy, dan menunjukkannya di media sosial. 

Hal ini demi mengjar eksistensi dan pengakuan, parahnya, beberapa orang juga bahkan sengaja memasang gambar, tulisan, atau bahkan menampilkan citra yang tak sesuai dengan jati dirinya di dunia nyata.

Gonta-Ganti Ponsel Keluaran Terbaru 

'Ngga baru ngga update', menjadi slogan lumrah di kalangan generasi milenial. 

Salah satunya prihal memiliki ponsel anyar, palagi dengan fitur kamera oke, memori lebih besar, dan baterai tahan lama. Biasalah anak muda masa kini, fitur pendukung untuk upload foto, video, tetap bisa main game, itu yang laku keras di pasaran. 

Selain itu, brand ponsel pintar juga sering menjadi tolak ukur generasi milenial untuk mengganti ponsel terbaru. 

Sebut saja salah satu ponsel dengan lambang gigitan apel, ponsel pintar dengan harga fantastis ini menjadi primadona generasi milenial untuk mnaikkan gengsi siapapun pemiliknya. 

Seperti sudah menjadi simbol generasi milenial ya. Namun, terkadang hal ini dapat menjadikan seorang generasi milenial menjadi lebih konsumtif. 

Tak jarang, gaji di kalangan generasi milenial habis bukan untuk mencicil rumah atau investasi untuk masa depan, melainkan habis untuk gaya hidup yang salah satunya ya untuk gonta ganti ponsel pintar. 

Hal ini sesuai dengan salah satu ciri kamu yang sudah terjangkit FoMO yaitu dengan mengeluarkan uang melebihi kemampuan dan membeli hal yang sebenarnya tidak penting dengan dalih agar tidak ketinggalan zaman.

Perlu diingat, generasi milenial dapat menerapkan jika ingin mengganti ponsel. Caranya ukur kemampuan penghasilan atau gaji, ingat cicilan terdahulu, dan digarisbawahi bahwa ponsel pintar sendiri bukan investasi.

Cara Menghindari FOMO

- Fokus pada diri sendiri

- Membatasi penggunaan media sosial dan gadget

- Mencari koneksi nyata

- Dan hargai diri sendiri