Liputan6.com, Blora - Ketua Komisi D DPRD Blora Ahmad Labib Hilmy mengingatkan pihak RSUD Dr R Soetijono Blora untuk segera mengidentifikasi masalah manajemen, sehingga kejadian yang menimpa pasien beberapa waktu lalu tidak terulang.
Menurut Gus Labib, panggilan akrabnya, meski antara pihak keluarga pasien dengan rumah sakit sudah berdamai, dirinya sebagai wakil rakyat yang membidangi kesejahteraan masyarakat di Blora, tetap memberikan masukan secara khusus untuk dijalankan. Itu semata-mata agar kasus serupa tidak lagi terulang di kemudian hari.
"Yang harus dijalankan itu menempatkan orang sesuai pada tempat dan kapasitasnya. Ketika ada outsourcing di rumah sakit ya harus kompetensinya diuji," ungkap Gus Labib kepada Liputan6.com, Kamis (17/11/2022).
Advertisement
Kompetensi yang disebutkan, meliputi masalah keahlian dan juga tanggung jawab. Gus Labib juga sempat mempertanyakan dari mana dan siapa saja yang jadi outsourcing bekerjasama di RSUD Dr R Soetijono Blora.
Menurutnya, kondisi saat ini ada kelemahan dalam sistem pelayanan di rumah sakit yang salah alias tidak tepat. Oleh sebab itu, maka perlu segera dirombak dan jangan sampai ditunda-tunda atau dikesampingkan.
"Perlu reformasi birokrasi dengan basis kompetensi dan profesional. Dan masalahnya penyakit di rumah sakit itu wes suwe (sudah lama) dinamikanya," terang Gus Labib.
Politisi dari Fraksi PKB Blora ini memandang, manajemen rumah sakit adalah semacam perusahaan. Artinya, kata dia, bisa mandiri secara keuangan dan penganggaran, serta kegiatan.
"Lha iki kan kudune coro (lha ini kan harusnya seumpama) perusahaan biasalah dinamika di internal," kata Gus Labib.
Kemudian untuk mengidentifikasi masalah, disebutkan, pertama, perlu ada peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM), kedua, sistemnya harus diperbaiki.
Â
Mana Hasil Studi Banding?
Putra kedua dari pengasuh Ponpes Khozinatul Ulum Blora ini juga menyinggung pihak RSUD Dr Soetijono Blora yang pernah menjalankan studi banding sampai ke Jawa Timur.
"Hasil dari studi banding di Tulungagung mestinya bisa dijadikan acuan untuk perbaikan managemen dan SDM kita," ucapnya.
Lebih lanjut, Gus Labib menambahkan, untuk memperbaiki layanan rumah sakit perlu bagus dalam sistem dan manajemennya.
"Terkait sistem, yaitu sistem yang diikuti dengan sumber daya yang mumpuni. Sebaliknya, kita punya SDM tapi tidak didukung dengan unsur penunjangnya, ya tidak maksimal," pungkasnya.
Sebelumnya diketahui, keluarga pasien yang bingung dengan kejanggalan nota pembayaran rumah sakit milik Pemerintah Kabupaten Blora memasuki babak akhir. Agus Ariyanto, 42, tahun dan Direktur RSUD Dr R Soetijono Blora Puji Basuki sepakat berdamai.
Kasus itu bermula saat keluarga Agus Ariyanto merawat ibu kandungnya, Mariyati 73, tahun, ke rumah sakit pada 9 November 2022 lalu. Dari situ terungkap manajemen rumah sakit sangat kacau. Karena takut terjadi yang tidak-tidak, akhirnya perempuan lanjut usia itu terpaksa dibawa pulang dan tak jadi dirawat inap di rumah sakit tersebut.
Advertisement