Sukses

Pupuk Bersubsidi Langka, Tradisi Tauwa di Bone Bolango Terancam Gagal

Tauwa merupakan tradisi menanam warga Bone Bolango jelang akhir tahun yang sudah tercatat di buku perbintangan warga lokal.

Liputan6.com, Gorontalo - Saat ini warga Kabupaten Bone Bolango (Bonebol), Gorontalo mulai masuk musim tanam atau orang lokal mengenalnya dengan Tauwa. Tauwa merupakan musim para petani sudah harus melakukan penanaman.

Tauwa merupakan musim tanam akhir tahun yang ditandai dengan musim hujan. Selain musim hujan, Tauwa sendiri sudah tercatat pada buku perbintangan warga lokal yang menjadi acuan mereka melakukan penanaman selama ini.

Meski sudah masuk musim tanam, sebagian warga Gorontalo belum melakukan penanaman seperti yang sudah menjadi tradisi. Sebab, ketersediaan pupuk bersubsidi menjadi kendala utama mereka.

Pupuk bersubsidi inilah yang menjadi masalah utama mereka saat melakukan penanaman. Bukan persoalan harga, namun ketersediaan saat ini banyak dikeluhkan sebagian besar petani.

"Sebenarnya musim taman ini kami dianjurkan untuk segera. Tetapi, bagaimana bisa menanam kalau pupuk tidak ada," kata Unu Opin petani jagung di Bonebol kepada Liputan6.com, akhir pekan kemarin.

Warga mengatakan, jika beralih ke pupuk yang nonsubsidi, harganya dirasa terlalu tinggi. Mereka tidak sanggup membeli pupuk tersebut karena biaya lain bakal digunakan untuk kebutuhan pemeliharaan.

"Kalau kami beli pupuk yang nonsubsidi mahal, sementara untuk merawat tanaman jagung ke depan juga butuh anggaran besar. Belum lagi masalah hama yang juga membutuhkan obat yang mahal," ungkapnya.

Selain itu, dugaan permainan distributor atau kios pemilik pupuk pun kerap terjadi menjelang musim tanam. Biasanya pemilik kios pupik memberikan jumlah pupuk yang lebih kepada oknum petani dengan iming-iming imbalan.

"Memang, kami petani itu sudah ada porsi pupuk yang diterima. Nah, di sinilah pemilik pangkalan pupuk biasanya bermain dengan memberikan jumlah pupuk kepada petani tertentu," katanya.

"Dalam aturan kalau saya tau jumlah pupuk itu berdasarkan luasan lahan kelompok tani, nah permainan inilah yang diduga menjadikan pupuk langka. Sehingga petani yang lain tidak kebagian," ungkapnya.

2 dari 2 halaman

Pemda Dorong Petani Berinovasi

Sementara itu Bupati Bonebol Hamim Pou ketika dikonfirmasi mengenai kelangkaan pupuk tersebut mengatakan,  bahwa dirinya terus berkomitmen memfasilitasi petani dalam hal ketersediaan pupuk. Menurutnya, jika pupuk bersubsidi saat ini ada, tetapi ada aturan tertentu untuk mendapatkannya.

“Ini kan barang subsidi, ada aturan yang mengatur. Tidak sesuka hati membelinya,” kata Hamin.

Meski begitu, dirinya meminta petani melalui Dinas Pertanian melakukan inovasi pembuatan pupuk organik. Sehingganya petani tidak hanya tergantung pada pupuk pabrikan yang dijual saat ini.

“Minimal, dengan inovasi itu kita bisa menekan biaya penggunaan pupuk kimia. Selain itu, kita juga bisa menghasilkan komoditi organik,” ia menandaskan.