Liputan6.com, Cianjur - Fasilitas dan tenaga medis yang berada di Kabupaten Cianjur mulai kewalahan. Ratusan korban luka dan meninggal dunia yang ditemukan membutuhkan tenaga medis ekstra. Begitu juga kebutuhan sopir ambulans.
Cerita datang dari pengemudi ambulans, Samijan. Ia menceritakan upaya kerasnya saat mengantarkan pasien Cianjur-Sukabumi berkali-kali. Bahkan, tak jarang dirinya merogoh kantong pribadi untuk bensin ambulans tersebut.
Baca Juga
Tak ada raut sedih di wajah Samijan apalagi keluhan. Ia menyebut, hal itu dilakukannya sebagai bentuk empati rasa kemanusiaan pada musibah yang terjadi.
Advertisement
"Sejak kemarin (Senin, 21 November 2022) saya mengantarkan korban akibat gempa ke rumah sakit untuk diberikan pertolongan medis. Untuk jumlahnya tidak terhitung, lebih dari 100 pasien yang sudah saya antarkan," kata Samijan yang tergabung dalam komunitas Persaudaraan Pengemudi Ambulans Indonesia(PPAI), Rabu (23/11/2022).
Rumah sakit rujukan yang paling sering dituju, lanjut dia, adalah RSUD R Syamsudin SH dan Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. Samijan menegaskan bahwa 2 rumah sakit besar itu yang sering dirujuk oleh petugas medis dari Cianjur. Dikarenakan fasilitas yang memadai.
"Ini tugas kemanusiaan, kita tidak meminta upah dalam melakukan pekerjaan ini, bahkan saya sudah siapkan uang untuk beli bensin di dompet saya untuk ikut membantu mengevakuasi korban ke rumah sakit," ujar Samijan sambil memperlihatkan uang pecahan seratus ribuan dari dalam dompetnya.
Dalam satu kali perjalanan, dirinya sempat membawa 3 korban pasien terdampak gempa tersebut dalam satu kali perjalanan. Karena banyaknya korban yang menumpuk di RSUD Sayang Cianjur.
"Untuk jumlah ambulans yang ada di Cianjur saat ini, dari PPAI Cianjur saja ada 350 kendaraan, lalu dari Indramayu ada 50 kendaraan, belum dari Sukabumi dan seluruh Jawa Barat, juga Jabodetabek yang datang membantu," ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Bagian Umum dan Kepegawaian RSUD R Syamsudin SH, dr Supriyanto menuturkan, pasien rujukan yang diterima pihaknya sejauh ini sudah ada 74 orang.
"Jadi space-nya masih 10 bed, Insya Allah masih kita bisa menerima. Yang pulang 8 orang, satu meninggal, sisanya dirawat. Mayoritas dewasa, anak-anak juga ada beberapa. Kemudian ruangan yang buka lagi di lantai 4 dengan kapasitas kurang lebih tujuh tempat tidur," kata Supriyanto saat ditemui di rumah sakit, Rabu (23/11/2022).
Lebih lanjut, apabila kebutuhan tersebut masih belum memenuhi kebutuhan pasien rujukan, pihaknya akan bekerjasama dengan rumah sakit terdekat.
"RS Secapa mungkin, kita sudah koordinasi untuk bisa menerima, yang jelas sudah berinformasi ke kami bahwa ketika nanti kita sudah overload dari yang kita sedia, mungkin ke RS Secapa dulu," ungkapnya.
Dirinya mengimbau agar adanya tahap triase dari pemberi rujukan di lokasi bencana atau RSUD Sayang Cianjur, hal itu agar pasien ditangani secara cepat dan tepat sesuai dengan kondisinya.
Triase yaitu pemilahan jangan sampai ada pasien yang kemudian tidak bisa ditangani atau dikirim ke RSUD R Syamsudin SH. Menurutnya, hal itu nantinya berdampak tidak baik.
"Itu nanti akan tidak tepat. Misalnya cedera tulang belakang harus ada sub spesialis spine, misalnya tulang belakang yang berat, tapi untuk cedera kepala kita ada punya bedah syaraf, punya ortopedi, jadi pemilahannya itu yang saya maksud," pungkasnya.
(Fira Alfi Syahrin)