Liputan6.com, Jakarta - Buat Suku Batak, Ulos memiliki makna yang sangat penting. Ulos lebih dari sekadar kain tetapi juga sebagai penanda eksistensi Suku Batak. Itu sebabnya perempuan pengulos bukan pembuat kain belaka, melainkan juga pencipta dan penjaga martabat Batak.
Pentingnya peran Ulos ini tergambar jelas dalam ratusan foto dan film dokumenter karya Dewi Sartika Bukit, alumnus Fakultas Seni dan Media Rekam, Jurusan Fotografi, Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.
Karya-karya tersebut bisa disaksikan dalam pameran "Maestro yang Tak Tampak" di Galeri Salihara, Jakarta, 17-24 Januari 2023.
Advertisement
Menurut kurator pameran, Wahyudin, karya-karya itu tercetus setelah Dewi Sartika Bukit bertemu dengan seorang perempuan pengulos di sebuah kampung di sekitar Danau Toba, Sumatera Utara, pada 2018.
"Ia lalu melakukan riset etnografis pada akhir 2022. Hasilnya, ratusan foto dan film dokumenter yang meyakinkan bahwa tanpa ulos dan perempuan pengulos, Batak akan kehilangan nama," katanya, Selasa (17/1/2023).
Itu sebabnya pula perempuan pengulos bukan pembuat kain belaka, melainkan pencipta dan penjaga martabat Batak. Tanpa mereka, bisa dipastikan, ulos akan punah dan sirna pulalah sesuatu yang berharga dalam kebudayaan Batak.
"Maka, bisa dimengerti jika Dewi Sartika Bukit berikhtiar memberikan harga kepada ulos dan perempuan pembuat ulos yang hampir-hampir tak teracuhkan, kalau bukan tersia-siakan, di sejumlah kampung di seputar Danau Toba," ujarnya.
Â
Diskusi dan Workshop
Menurut Wahyudin, Dewi Sartika Bukit menghormati perempuan pengulos dalam ratusan foto dan film dokumenter sebagai "Maestro yang Tak Tampak".
Beriringan dengan pameran itu akan diselenggarakan diskusi, perupa bicara, dan workshop fotografi dan film dokumenter.
Â
Advertisement