Sukses

Sakralnya Tyarka di Maluku, Bahasa Tutur Serupa Nyanyian Adat

Dalam penyampaiannya, tyarka tergolong unik dan berbeda jika dibandingkan dengan bahasa dari daerah lain.

Liputan6.com, Maluku - Tyarka merupakan salah satu ekspresi lisan yang ada di Maluku. Ekspresi lisan ini bahkan sudah ada sejak zaman leluhur masyarakat Babar.

Mengutip dari warisanbudaya.kemdikbud.go.id, tyarka lahir dari hasil kreasi dan aksi sebagai suatu seleksi alam. Hal tersebut kemudian melahirkan adanya penutur dalam menyampaikan maksud dan keinginannya.

Dalam penyampaiannya, tyarka tergolong unik dan berbeda jika dibandingkan dengan bahasa dari daerah lain. Pasalnya, penuturan dan pelafalannya menggunakan nada-nada yang dirangkai sehingga terdengar seperti nyanyian.

Maksud yang disampaikan penutur biasanya sangat sakral, salah satunya lebih banyak menceritakan sejarah-sejarah kehidupan masyarakat di Kepulauan Babar. Dalam prosesnya, tyarka disampaikan dengan menyuguhkan minuman adat yang dihasilkan dari hasil bumi di kepulauan Babar.

Mengutip dari 'Pemodelan Dinamik Tradisi Lisan Maluku: Suatu Studi Awal terhadap Keberlangsungan Nyanyian Adat di Pulau Babar Maluku Barat Daya' oleh Mariana Lewier dan Pieldrie Nanlohy, sebenarnya tradisi lisan di Maluku bertumpu pada kekuatan tuturan lisan. Tradisi lisan tersebut kemudian memuat nyanyian adat sebagai suatu bentuk ekspresi jiwa dan pikiran.

Tyarka hadir sebagai salah satu nyanyian adat yang menempati kedudukan tertinggi dan diyakini kesakralannya. Seorang penyanyi tyarka harus berasal dari soa tertentu dengan keturunan marga tertentu pula.

Istilah 'soa' berasal dari Tidore yang diambil dari nama bekas ibu kota (1960), yaitu Soa-Siu yang artinya sembilan soa. Sementara itu, menurut masyarakat Hutumuri, soa berasal dari kata 'sual' yang artinya terpisah atau terbagi.

Tak semua tokoh adat atau tokoh masyarakat dapat menyanyikan tyarka. Selain enggan, mereka juga merasa tidak percaya diri.

Terutama, hal tersebut dirasakan kalangan anak muda yang telah terpengaruh modernisasi, globalisasi, dan kemajuan teknologi. Pelantun tyarka harus menguasai bahasa tanah dan kemampuan vokal yang baik.

Adapun di Desa Letwurung, yang boleh menyanyikan tyarka hanyalah orang-orang yang berasal dari soa tertentu saja. Dari tujuh soa yang ada, dua di antaranya dilarang melantunkan tyarka, yakni Soa Uniwaly dan Soa Lakburlawal.

Meski dibatasi, hingga saat ini lantunan tyarka masih bergema di Maluku. Pada penelitian 2012 dan 2014, ditemukan penyanyi tyarka di Pulau Babar (17 desa dan 4 dusun) berjumlah sekitar 17 orang.

 

Penulis: Resla Aknaita Chak

Saksikan video pilihan berikut ini: