Liputan6.com, Pontianak - Blontang atau blontakng adalah arca yang dibuat dari bahan kayu ulin. Arca ini dianggap suci dan dipercaya sebagai simbol roh yang sering kali digunakan dalam beberapa upacara sakral Suku Dayak Tunjung dan Suku Dayak Benoaq di Kalimantan Timur.
Beberapa upacara sakral yang menggunakan blontang adalah upacara kematian (kwangkey) dan upacara pengobatan (belian). Dalam upacara tersebut, blontang dihadirkan sebagai kelengkapan yang dianggap penting dan harus ada.
Mengutip dari warisanbudaya.kemdikbud.go.id, dalam upacara kwangkey, blontang merupakan wahana roh bagi yang meninggal. Blontang menjadi media perantara roh menuju tempat suci di puncak Gunung Lumut.
Advertisement
Baca Juga
Gunung Lumut dianggap sebagai tempat para roh setelah meninggalkan dunia. Sementara itu, dalam upacara belian, blontang merupakan wahana berkomunikasi dengan para roh leluhur.
Maksud komunikasi tersebut bertujuan untuk mengusir bala dari yang sakit sekaligus sebagai wahana komunikasi dengan roh jahat pengganggu agar meningalkan yang sakit. Selain sebagai kelengkapan upacara sakral, blontang juga merupakan puncak seni ukir kayu.
Tak hanya memiliki nilai estetik tinggi, blontang juga dianggap sarat nilai oleh masyarakat Dayak. Mangutip dari 'Pemaknaan Ukiran Blontakng Kaum Bangsawan dalam Upacara Adat Kwangkey (Studi Deskriptif)' oleh Katarina Lydia Ega, blontang memiliki nilai sejarah yang tidak dapat dipisahkan atau ditiadakan dalam upacara adat kwangkey.
Blontang kwangkey adalah tiang pengikat kerbau sebagai hewan kurban dan mengandung ukiran yang menyampaikan identitas dari orang yang meninggal. Blontang juga merupakan lambang untuk mengenang pemuda Dayak dalam medan pertempuran melawan Nayuq.
Selain itu, blontang mengandung sistem norma yakni dimana di setiap motif ukiran memiliki makna yang menggambarkan peran serta perilaku leluhur. Ukiran blontang ditentukan oleh stratifikasi sosial atau kelas-kelas sosial dalam masyarakat Benuaq.
Â
Penulis: Resla Aknaita Chak