Sukses

Mengubah Limbah Batu Bara Menjadi 'Cuan' di Kampoeng FABA Balikpapan

Salah satu limbah hasil pembakaran batu bara di PLTU Teluk Balikpapan bernama faba saat ini mulai dimanfaatkan masyarakat untuk membuat material bangunan seperti paving blok, batako, dan lainnya.

Liputan6.com, Balikpapan - Pemanfaatan sisa hasil pembakaran batu bara atau yang dikenal dengan Fly Ash dan Bottom Ash (FABA) di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Teluk Balikpapan mulai berjalan.

Sejumlah produk material konstruksi pendukung usaha kecil dan menengah menggunakan bahan baku FABA mulai diproduksi. Salah satunya di Kampoeng FABA yang berlokasi di Kelurahan Graha Indah, Kecamatan Balikpapan Utara.

Dimotori oleh Bhabinkamtibmas Graha Indah, Aiptu Ardian Wempi Antariksa bersama URK-FKPM Graha Indah mencoba melakukan kerja sama pembuatan material bangunan berbahan baku FABA. Dengan difasilitasi oleh Institute Teknologi Kalimantan (ITK) kerja sama dengan PLTU Teluk Balikpapan itu pun mulai berjalan. Sejumlah produk telah dihasilkan di Kampoeng FABA Graha Indah ini diantaranya paving blok, batako, roster kubus dan lainnya.

General Manager PLN Unit Induk Penyaluran dan Pengaturan Beban (UIP3B) Kalimantan, Abdul Salam Nganro mengatakan setiap harinya PLTU Teluk Balikpapan menghasilkan FABA antara 100 hingga 150 ton perhari. Dia menyebut dulunya FABA merupakan limbah berbahaya, namun pada tahun 2021 keluar PP No 22 yang menerangkan bahwa material FABA kini disebut sebagai limbah non B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) yang dapat dikelola dengan baik dan dapat dimanfaatkan secara luas untuk kesejahteraan masyarakat.

"Faba ini dapat dimanfaatkan oleh para UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah), karena FABA ini bisa dimanfaatkan dan diolah kembali menjadi barang-barang yang dapat dimanfaatkan kembali," ungkap Abdul di sela peresmian Kampoeng FABA Graha Indah, Balikpapan, pada Senin (12/12/2022).

2 dari 2 halaman

Tingkatkan Perekonomian Masyarakat

Di tempat yang sama, General Manager PT PLN Nusantara Power UBJOM Kaltim Teluk, Syarief Andrian menambahkan dengan diluncurkannya Kampoeng FABA ini ke depannya dapat meningkatkan perekonomian masyarakat dari pemanfaatan sisa hasil pembakaran batu bara.

"Harapannya kami punya limbah non B3 itu bisa dimanfaatkan seluas mungkin paling gampang untuk tanah uruk, bisa digunakan untuk batako, fly ash itu salah satu material pembuatan semen, sedangkan bottom ash itu pengganti pasir, jadi tinggal menambahkan sedikit semen saja untuk membuat batako dan lainnya. Kita berikan semua kesempatan ke masyarakat," timpal Syarief.

Sejauh ini, pemanfaatan FABA yang sudah dikomersialkan yakni di Kampoeng FABA. Sementara, di unit sendiri juga mencetak batako dan telah disalurkan untuk program CSR.

"Selain itu juga manfaat faba ini bisa menetralkan zat asam tanah dan itu sudah terbukti. FABA bisa menaikkan PH tanah dari 4,5 menjadi 7 sehingga tanah siap untuk ditanami," katanya.

Sementara itu, Rektor ITK, Prof. Budi Santosa menyebut limbah FABA sejauh ini masih aman untuk lingkungan. Bahkan material bangunan yang dihasilkan dari FABA ini tidak kalah kualitasnya dengan material yang menggunakan bahan bangunan biasa.

“Sejauh ini aman, apalagi di Balikpapan pasir agak susah dan FABA ini bisa sebagai pengganti pasir, pemanfaatan lain menetralisir tanah atau menaikkan Ph tanah karena di Kalimantan zat asamnya tinggi,” pungkasnya.

Dalam peresmian Kampoeng FABA ini turut dihadiri sejumlah pejabat dari Polda Kaltim, TNI, Pemkot Balikpapan dan PLN Grup. Direktur Pembinaan Masyarakat (Binmas) Polda Kaltim, Kombes Polisi Anggie Yulianto Putro, S.H, S.IK dalam sambutannya mengatakan bahwa Polda Kaltim sangat mendukung program Kampung FABA ini, karena program ini bisa meningkatkan perekonomian masyarakat.

Jika kebutuhan ekonomi masyarakat sudah terpenuhi, maka akan menurunkan niat masyarakat berbuat kriminal demi memenuhi kebutuhan. Polda Kaltim berharap program pemanfaatan FABA ini bisa terus berkembang ke depannya.