Sukses

Upaya Kolaborasi DLH dan PLN Menyulap Sampah Jadi Keuntungan Berlimpah

Berbagai upaya pemerintah untuk mengatasi persoalan sampah di Kota Balikpapan terus dilakukan.

Liputan6.com, Balikpapan - Persoalan sampah masih menjadi PR besar bagi Pemerintah Kota Balikpapan. Melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Balikpapan berbagai upaya dilakukan menangani permasalahan sampah, yang mencapai 400 ton setiap harinya masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Manggar, Balikpapan Timur.

DLH pun dituntut agar terus berinovasi dalam pengelolaan sampah yang ada di Kota Balikpapan. Hal itu dilakukan menyusul tantangan TPA Balikpapan yang di prediksi hanya mampu bertahan hingga tahun 2026 mendatang.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Balikpapan Sudirman Djayaleksana mengatakan dalam pengelolaan sampah ini pihaknya tidak bisa bergerak sendiri. Melainkan adanya dukungan semua pihak termasuk dalam hal ini PLN.

"Banyak kami mendapatkan tugas bukan hanya mengelola sampah mengumpulkan dan menimbun. Melainkan juga berinovasi dalam pengelolaan sampah organik,” papar Sudirman, Senin (12/12/2022).

Untuk itu dia berharap, melalui kegiatan Go Live Komersialisasi Co-Firing PLTU Teluk Balikpapan dia berharap ke depan tidak hanya bermanfaat dalam pengelolaan sampah organik. Melainkan juga ada sisi nilai ekonomisnya.

"Sesuai arahan dengan arahan Kementerian Lingkungan Hidup, tak hanya mengelola sampah melainkan juga ada nilai ekonomis," jelasnya.

Untuk dirinya mengapresiasi kegiatan yang berlangsung dalam kesempatan tersebut. Di mana ini merupakan sebagian bentuk kolaborasi dalam pengelolaan sampah organik.

"Mudah-mudahan kerja sama ini bisa terus berkelanjutan, " paparnya.

General Manager PT PLN Nusantara Power UBJOM Kaltim Teluk, Syarief Andrian menambahkan, bahwa untuk kegiatan, Go Live Komersialisasi Co-Firing PLTU Teluk Balikpapan ini bentuk kerja sama pihaknya bersama PLTU, PLN dan DLH Balikpapan.

"Jadi Co-Firing ini merupakan subtitusi batu bara menggunakan material yang bisa diperbarui menggunakan material kayu. Jadi batu bara itu bisa digantikan woodchips dengan presentasi tertentu. Tujuannya adalah untuk menaikkan pengukuran energi baru terbarukan. Jadi ini membuka peluang bagi masyarakat untuk woodchips menggunakan kayu milik masyarakat untuk Co-Firing," paparnya.

2 dari 2 halaman

Peresmian Go Live Komersialisasi Co-firing

PLTU Teluk Balikpapan ini menerapkan teknologi substitusi batu bara dengan biomassa atau disebut co-firing sebagai bahan bakar setelah sebelumnya mengandalkan sepenuhnya batu bara.

Pengimplementasian ini sejalan dengan misi pemerintah mencapai target Net Zero Emission pada tahun 2060 dan menghadirkan layanan listrik yang lebih bersih.

General Manager PT PLN UIP3B Kalimantan, Abdul Salam Nganro menerangkan bahwa penerapan co-firing dalam sirkulasi PLTU menjadi bagian dari program transformasi yang dicanangkan PLN.

Salah satu diantaranya program green. Dalam artian, kata Abdul Salam, yakni menciptakan energi bersih baru yang terbarukan.

"Nah ini adalah salah satu program dari PLN dalam jangka pendek. Penggunaan batu bara dikombinasikan dengan biomassa lewat komposisi yang sudah memenuhi persyaratan teknis dan terkaji dengan baik," Abdul Salam.

Biomassa ini, dijelaskan lebih lanjut, berbentuk woodchip (kepingan kayu) yang merupakan olahan dari limbah organik pepohonan.

Untuk sementara ini, persentase kombinasinya dengan penggunaan batu bara sebesar 97 persen dan woodchip 3 persen.

"Harapannya nanti adalah bagaimana menjamin keberlangsungan ketersediaan dari woodchip. Ini menjadi salah satu tantangan terkait bahan baku ini," ungkap Abdul Salam.

Lantaran masih mengandalkan batu bara, maka akan ada limbah lanjutan dari emas hitam tersebut. Jika tak ditangani, maka akan menimbulkan masalah baru.

Menanggapi itu Manager Unit Pelaksana Pengendalian Pembangkitan (UPDK) Balikpapan, Otniel Marrung mengatakan, limbah batu bara sendiri tergolong dalam non B3 yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat luas.

Bahkan bernilai ekonomi yang tinggi jika dimanfaatkan dengan benar.

Ia mencontohkan Kampung Faba Balikpapan yang diresmikan Senin (12/12/2022) sore di Kelurahan Graha Indah, Balikpapan Utara, Balikpapan, Kalimantan Timur.

Kampung Faba tersebut, kata Otniel, mengandalkan sisa pengolahan batu bara untuk mencetak berbagai bahan bangunan. Seperti paving block hingga pengecoran.

"Jadi pada dasarnya itu merupakan material yang digunakan untuk membuat semen. Jadi kalau masyarakat menggunakan material ini, maka penggunaan semen bisa dikurangi," tandas Otniel.