Sukses

Mengenal Canthik Rajamala, Saksi Kejayaan Keraton Kasunanan Surakarta

Canthik Rajamala dibuat dari kayu jati pilihan yang berasal dari Hutan Donoloyo, Jawa Tengah.

Liputan6.com, Solo - Canthik kapal Kyai Rajamala menjadi salah satu saksi bisu masa kejayaan Keraton Kasunanan Surakarta pada abad ke-19. Canthik kapal Kyai Rajamala atau canthik Rajamala merupakan hiasan kapal yang berasal dari kayu jati.

Dikutip dari laman Surakarta.go.id, canthik "keramat" ini dibuat oleh Putra Mahkota Pakubuwono IV Raden Mas Sugandi atau KGPAA Mangkunegara III. Canthik Rajamala dibuat pada masa pemerintahan Paku Buwono IV sekitar 1788 sampai 1820.

Canthik rajamala dibuat dari kayu jati pilihan yang berasal dari Hutan Donoloyo, Jawa Tengah. Hutan ini diyakini masyarakat sebagai hutan keramat.

Pada saat Keraton Surakarta membutuhkan kayu jati untuk membangun Keraton, pohon di hutan tersebut akan tumbang dengan sendirinya. Tak sulit untuk menemukan canthik Rajamala saat berkunjung di Museum Keraton Surakarta.

Hiasan itu memilik bentuk mirip wajah raksasa jika dalam kisah pewayangan. Wajahnya berwarna merah dengan taring tajam, mata melotot, berambut tebal dan lebat.

Lalu bagian yang mencolok adalah bentuk hidung yang menonjol disertai kumis tebal. Dalam kisah pewayangan, Rajamala atau Rodjomolo, adalah tokoh setengah manusia setengah raksasa.

Rodjomolo disebut berasal dari negara Wirotho. Rajamala di dalam lakon "kongso adu djago", diceritakan sebagai tokoh yang disiapkan untuk jagal Berawa.

Selain itu, tokoh Rajamala juga dikenal tiada tanding dan disimbolkan sebagai kekuatan untuk menolak bala atau aura negatif. Canthik Rajamala tersebut selalu ditaruh di bagian haluan dan buritan kapal.

Saat ini Canthik Rajamala masih tersimpan di Museum Keraton dan Radyapustaka di Kota Solo. Canthik ini dulunya terpasang pada kapal Kyai Rajapala yang mengarungi Sungai Bengawan Solo.

Kapal Rajamala sendiri memiliki ukuran sekitar 58,9 x 6,5 meter. Ukuran tersebut cukup besar di masanya.

Lalu, ukuran dayung perahu memiliki panjang sekitar 6,6 meter. Sebutan Kyai atau Nyai sering diberikan ke benda atau barang milik Raja dan dianggap sebagai penghormatan.

Kapal tersebut sudah turun temurun mulai dari Paku Buwono IV sampai Paku Buwono IX. Kapal itu juga menjadi saksi bisu beberapa peristiwa, salah satunya adalah saat Pangeran Adipati Anom.

Sebelum diangkat menjadi Paku Buwono IX, menaiki kapal itu untuk menjemput Puteri Pamekasan Madura. Lalu, kapal itu juga pernah digunakan untuk menjemput Puteri Sultan Cakraningrat dari Bangkalan, Madura, yang hendak diperistri oleh Paku Buwono VII.

Saat iring-iringan pengantin, Kiai Rodjomolo dihiasi oleh berbagai umbul-umbul, panji-panji, bendera-gula kepala, dan bunyi gamelan saat melewati Bengawan Solo.

Saksikan video pilihan berikut ini: