Sukses

Selain Emas, Trofi Piala Dunia Mengandung Batu Mulia Berwarna Hijau, Apakah itu?

Timnas Argentina menjadi pemenang turnamen sepak bola Piala Dunia 2022 Qatar setelah mengalahkan Prancis di laga final yang diadakan di Stadion Lusail Iconic pada Minggu (18/12/2022).

Liputan6.com, Bandung - Trofi Piala Dunia akhirnya diangkat oleh Lionel Messi dan kawan-kawan. Ternyata, ada salah satu hal yang menarik dari trofi emas itu.

Timnas Argentina menjadi pemenang turnamen sepak bola Piala Dunia 2022 Qatar setelah mengalahkan Prancis di laga final yang diadakan di Stadion Lusail Iconic pada Minggu (18/12/2022).

La Albiceleste, julukan Argentina, harus bersusah payah mengalahkan timnas Prancis lewat drama adu penalti dengan skor 4-2. Sebelumnya, kedua tim bermain imbang dengan skor 3-3 hingga babak perpanjangan waktu selesai.

Argentina pun keluar sebagai juara dunia. Ini menandakan trofi ketiga yang diraih negara itu selama turnamen sepak bola empat tahunan itu berlangsung sejak 1930.

Trofi yang diangkat Lionel Messi dan kolega saat ini diperkenalkan pada 1974. Penghargaan dari FIFA ini terbuat dari emas 18 karat, dan menunjukkan bola dunia yang dipegang oleh seorang pria dan wanita.

Menurut ahli kimia Martyn Poliakoff, sebagian besar trofi Piala Dunia harus berlubang, karena trofi emas padat berbobot sekitar 70 kg dan terlalu berat bagi pemain untuk mengangkat di atas kepala mereka.

Trofi ini tingginya 36,8 cm dan beratnya 6,175 kg. Basis trofi ini berdiameter 13 cm, dan terdiri dari dua pita malachite hijau semimulia yang telah dipulihkan beberapa kali, di samping penerapan lapisan baru pelapisan emas.

Pita hijau trofi yang terbuat dari mineral malachite, digunakan sejak Antiquity dalam cat pigmen dan untuk keperluan dekoratif.

2 dari 2 halaman

Terdapat Hiasan Hijau

Selain terbuat dari mineral emas, trofi ini juga dihiasi oleh batu mulia malakit/malasit atau malachite yang memiliki warna hijau dari terang hingga hijau gelap.

Malakit sendiri merupakan mineral tembaga sekunder berwarna hijau yang memiliki corak bervariasi, dengan formula kimia Cu2(CO3)(OH)2 dan biasa dijadikan perhiasan.

Bukti arkeologi menunjukkan bahwa mineral ini telah ditambang dan dilebur di Lembah Timna di Israel selama lebih dari 3.000 tahun. Sejak masa itu, malasit telah digunakan sebagai batu hias dan batu permata.