Sukses

Wayang Wahyu, dari Penyebaran Agama Hingga Simbol Toleransi

Wayang ini mulanya tercipta atas inisiasi dari Bruder Timotheus pada 2 Februari 1960. Saat itu, Wayang Wahyu digunakan untuk menyebarkan ajaran agama yang bersumber dari Alkitab, sehingga wayang ini menjadi salah satu seni budaya yang banyak disukai oleh masyarakat Jawa.

Liputan6.com, Yogyakarta - Dengan latar belakang budaya yang berbeda-beda di setiap daerah, tentunya perayaan Natal memiliki keunikannya masing-masing apalagi jika dipadukan dengan nilai kesenian. Salah satunya di Yogyakarta, ada sebuah kesenian unik yang merupakan perpaduan antara budaya tradisional dan nilai-nilai Kristiani, yaitu Wayang Wahyu.

Wayang ini mulanya tercipta atas inisiasi dari Bruder Timotheus pada 2 Februari 1960. Saat itu, Wayang Wahyu digunakan untuk menyebarkan ajaran agama yang bersumber dari Alkitab, sehingga wayang ini menjadi salah satu seni budaya yang banyak disukai oleh masyarakat Jawa.

Dari situlah, tercipta sebuah paguyuban bernama Wayang Wahyu Ngajab Rahayu yang menjadi wadah untuk pengembangan kesenian ini. Selain menyebarkan nilai ajaran agama, pementasan wayang ini juga berperan sebagai upaya pelestarian budaya lokal.

Bahkan wayang ini tidak hanya ditampilkan di wilayah Yogyakarta saja, namun juga ke berbagai daerah di Jawa Tengah. Salah satu sanggar yang kini aktif untuk menampilkan wayang wahyu di Yogyakarta adalah Sanggar Seni Budaya Bhuana Alit. Di Purwokerto, ada pula Paguyuban Wayang Wahyu Hamanguningsih.

Nama Wahyu sendiri diambil karena lakonnya yang menceritakan penurunan Wahyu dari Tuhan pada umat kristiani. Lakon dari wayang Wahyu sendiri berasal dari kisah-kisah yang berasal dari kitab suci Injil. Entah itu yang bersumber dari perjanjian baru atau perjanjian lama.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 2 halaman

Lakon yang Kerap Dipentaskan

Beberapa lakon yang kerap dipentaskan tersebut ialah kisah hidup Yesus Kristus, cerita Yohanes Pembaptis, David dan Goliath, Samson dan Delilah, para rasul, dan berbagai kisah Injil lainnya.

Personilnya sendiri juga tidak hanya dari umat kristiani saja, namun siapapun bisa turut berkontribusi dalam pertunjukannya. Biasanya, pementasannya dilakukan di gereja atau di pemukiman yang dihuni oleh umat-umat Katolik.

Layaknya wayang kulit pada umumnya, pementasannya sendiri juga menggunakan iringan seperti gamelan dan menggunakan bahasa Jawa. Hanya saja, pementasannya dibuat lebih sederhana yakni sekitar 2-4 jam.

Pementasan Wayang Wahyu adalah sebuah rutinitas yang tidak boleh ketinggalan oleh pegiat budaya dan umat Kristiani di Yogyakarta, terutama saat momentum natal tiba.

Bahkan saat ini Wayang Wahyu menjadi lambang dari toleransi keberagamaan di Yogyakarta. Selain dari segi lakon, wayang ini juga memiliki tokoh-tokoh yang dibuat sesuai dengan cerita dari Al-Kitab.