Sukses

Sebelik Sumpah, Perhiasan Unik dari Biji Buah ala Orang Rimba

Sebelik sumpah sebenarnya adalah sejenis buah dari jenis pohon yang tumbuh dan hidup di hutan tersebut.

Liputan6.com, Jambi - Sebelik sumpah merupakan sejenis perhiasan yang biasa dikenakan Orang Rimba yang mendiami hutan di kawasan Taman Nasional Bukit Dua Belas, Jambi. Bukan sembarang perhiasan, sebelik sumpah sebenarnya adalah sejenis buah dari jenis pohon yang tumbuh dan hidup di hutan tersebut.

Mengutip dari warisanbudaya.kemdikbud.go.id, nama latin atau nama daerah pohon tersebut memang tidak diketahui. Namun, masyarakat Rimba menyebutnya dengan pohon sibaleik sumpah.

Pohon sibaleik sumpah adalah sejenis pohon yang besar dan tinggi dengan buah berbentuk bulat. Saat sudah tua, buah tersebut akan jatuh dengan sendirinya ke tanah.

Buah tersebut kemudian dibelah dan akan terlihat isi atau bijinya yang berbentuk bulat lonjong berwarna coklat. Kemudian, isi biji buah tersebut dipotong kedua sisi ujungnya.

Selanjutnya, biji sebelik sumpah dirangkai atau dironce (disusun) dengan tali. Susunan biji buah tersebutlah yang kemudian dijadikan perhiasan atau (manik) bagi Orang Rimba.

Selain dijadikan perhiasan berupa kalung, susunan biji buah tersebut biasanya juga dijadikan gelang. Uniknya, perhiasan tersebut kini juga menjadi barang barter bagi warga setempat.

Adapun nama sebelik sumpah diberikan karena dahulu ada orang yang menyumpahi seorang anak dari kelompok Orang Rimba yang akan dibawa turun mandi. Anak tersebut dipakaikan perhiasan yang berasal dari buah sebelik sumpah, yang ternyata sumpah itu berbalik ke diri orang itu sendiri.

Oleh sebab itu, masyarakat setempat percaya sebelik sumpah juga mempunyai kekuatan dan mampu menangkal bala. Pohon sebelik sumpah juga dipercaya sangat keramat, sehingga Orang Rimba pun sangat menghargai kekuatan pohon tersebut.

Bahkan, untuk mengambil buah sebelik sumpah harus dilakukan dengan cara merayunya terlebih dahulu. Rayuan tersebut berupa rayuan puitis yang disenandungkan secara terus-menerus sampai pohon luluh dan memberikan izin untuk dipanjat dan diambil buahnya. Hal tersebut sekaligus menjadi sebuah bentuk keselarasan dan keunikan menghargai alam.

 

Penulis: Resla Aknaita Chak

Saksikan video pilihan berikut ini: