Sukses

Libatkan Teman Tuli, 4 Kafe Ini Usung Konsep Bahasa Isyarat

Para pelanggan yang datang diharuskan menggunakan bahasa isyarat saat berkomunikasi dengan para barista.

Liputan6.com, Yogyakarta - Seiring berjalannya waktu, kedai kopi semakin banyak ditemukan di berbagai wilayah. Kedai-kedai tersebut mengusung berbagai konsep unik untuk menarik para pelanggannya.

Beberapa di antaranya, memilih konsep dengan mempekerjakan teman tuli. Hal ini sangat menarik karena para pelanggan yang datang diharuskan menggunakan bahasa isyarat saat berkomunikasi dengan para barista.

Nyatanya, konsep ini telah digunakan oleh beberapa kedai kopi di Indonesia. Berikut empat kafe bahasa isyarat:

1. Cabais

Cabais merupakan kafe pertama di Pontianak yang menggunakan konsep bahasa isyarat. Kafe ini terletak di Komplek Griya Pesona, Jalan Sungai Raya Dalam, Pontianak Tenggara, Kalimantan Barat.

Kafe ini dikelola oleh mantan Miss Deaf Internasional, Lidya Alvani Taslim, dan rekannya Willy. Pramusaji dan barista di Cabais keseluruhannya merupakan penyandang disabilitas.

Untuk membantu pengunjung berkomunikasi, terdapat papan bahasa isyarat abjad bahasa isyarat Indonesia (Bisindo) yang terletak di dinding dekat meja kasir. Pemesanan pun dilakukan menggunakan bahasa isyarat. Namun, jika pengunjung merasa kesulitan berkomunikasi, pekerja teman tuli akan menyediakan kertas untuk membantu pengunjung menuliskan pesanan.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Deaf Fingertalk

2. Deaf Fingertalk

Kafe Deaf Fingertalk berlokasi di Jalan Cinere Raya No.26-29, Cinere, Kecamatan Limo, Kota Depok. Kafe ini didirikan pada 15 Mei 2016 oleh Dissa Syakina Ahdanisa.

Ia terinspirasi mendirikan tempatngopi setelah mengikuti kegiatan relawan di Nikaragua, Amerika Latin. Ia menemukan beberapa kafe yang memberdayakan barista dari kelompok teman tuli. Atas dasar itulah ia akhirnya mendirikan tempat nongkrong yang sekaligus memberdayakan kelompok disabilitas.

3. Kopi Tuli

Pendiri dan pekerja di Kopi Tuli keseluruhannya merupakan teman tuli. Menu-menu yang disajikan menggunakan nama alam dan terdapat isyarat abjad Indonesia serta deskripsinya.

Hal ini bertujuan untuk meningkatkan interaksi antara teman tuli dan teman dengar. Selain itu, pengunjung juga bisa belajar Bisindo di Kopi Tuli.

4. Sunyi House of Coffee and Hope  

Ide mendirikan Sunyi House of Coffee and Hope muncul dari Mario Gultom dan Almas Nizar. Mereka memiliki ketertarikan untuk memperjuangkan teman-teman difabel.  

Kafe ini mempekerjakan barista teman tuli, sehingga pengunjung harus memesan dan berkomunikasi dengan bahasa isyarat. Didirikan sejak 2019, kafe ini telah tersebar di berbagai daerah, di antaranya Alam Sutera, Kota Tua, Bekasi, dan Yogyakarta.

(Resla Aknaita Chak)