Liputan6.com, Denpasar - Hari Raya Galungan dan Kuningan adalah perayaan Umat Hindu setiap enam bulan sekali, hal itu sebagai momentum kemenangan Dharma (kebaikan) melawan Adharma (kejahatan/keburukan). Ada yang menarik setiap perayaan Galungan tiba, di mana kaum laki-laki akan sibuk memotong babi dan memasaknya hingga tersedia di meja makan. Mulai dari pembuatan lawar, satai, soto, dan juga makanan lainnya seperti tum babi/ayam.
Jro Paksi, selaku juru bicara Pesemeton Pererepansari, Pedungan, Denpasar Selatan menyebut kegiatan penampahan Galungan menjadi sangat ditunggu karena, momentum tersebut menjadi salah satu upaya mempererat tali silaturahmi antarkeluarga dan masyarakat.
"Rangkaian upacara Galungan, hari pertama sudah dipersiapkan dengan adanya sugihan Jawa dan Bali, sugihan Jawa itu bagi warga Bali, yang merupakn Hindu Majapahit atau Blambangan. Sementara, sugihan Bali memang dia asal Bali asli/Bali," kata Jro Paksi kepada Liputan6.com, Rabu (4/1/2022).
Advertisement
Baca Juga
Jro Paksu melanjutkan, rangkaian kedua adalah penyajahan Galungan yang dilakukan oleh para ibu rumah tangga untuk mempersiapkan prasarana upakara seperti banten, canang, dan lain sebagainya, untuk digunakan persembahan ke pura.Â
"Mempersiapkan sarana upacara untuk Galungan, banten, canang dan lainnya. Ini yang mengerjakan ibu-ibu dan anak perempuan di keluarga," tutur Jro Paksu.
Â
Gotong Royong
Di sisi lain, supaya para ibu dan anak perempuan fokus mempersiapkan prasarana upakara, kaum laki-laki memasak dan juga memasang penjor. Pada kesempatan satu hari sebelum Galungan, para lelaki yang menggantikan posisi para wanita yaitu mengolah makanan untuk dihidangkan ketika hari raya.
"Sehari sebelum Galungan adalah penampahan yang masak laki-lai dan ibu-ibu membuat banten. Nanti siapa yang menyiapkan Galungan kalau semua dikerjakan wanita, jadi kita gotong royong," ucap dia.
Dirinya menjelaskan menu makanan yang biasa disajikan ketika Hari raya Galungan dimasak ketika penampahan Galungan, para lelaki akan disibukkan dengan ngelawar, yaitu proses pembuatan makanan dengan cara mencacah, kulit dan daging babi, kacang, serta nangka rebus.
Setelah dicacah, diremas-remas dan jadilah olahan lawar. Tak hanya membuat itu, kaum laki-laki juga membuat satai lilit, kuah balungan, dan tum ayam/babi.
"Rangkaian persiapan seperti itu, tinggal menunggu Hari Raya Galungan semua semeton Hindu akan mendatangi pura besar yang ada di Bali. Itu sebagai simbol hari kemenangan, jadi ketika hari raya tidak ada aktivitas memasak atau sibuk, fokus sembahyang," tutur Jro Paksu.
Untuk diketahui, Hari Raya Galungan dan Kuningan dilaksanakan setiap enam bulan sekali, sebagai simbol perayaan kemenangan Dharma melawan Adharma. Di mana hari raya itu adalah simbol Ki Sangkul Putih lah yang mampu memenangkan segala macam keburukan (Adharma) dan akhirnya mendapatkan kemenangan (Dharma) yang terjadi dan dia diutus oleh Dewa Indra.
Advertisement