Liputan6.com, Yogyakarta - Setiap 4 Januari, masyarakat dunia memperingati Hari Braille Sedunia atau World Braille Day. Perayaan Hari Braille sedunia ini merupakan salah satu cara untuk mengenang jasa penemu Braille, yakni Louis Braille.
Perayaan Hari Braille Sedunia juga menjadi bentuk pengakuan atas keberadaan para tunanetra. Mereka berhak mendapatkan standar hak asasi manusia yang sama dengan orang lain.
Braille merupakan sistem tulisan dan cetakan (berdasarkan abjad Latin) untuk para tunanetra. Huruf ini berupa kode yang terdiri dari enam titik dalam berbagai kombinasi yang ditonjolkan pada kertas, sehingga dapat diraba.
Advertisement
Baca Juga
Berikut beberapa fakta menarik tentang huruf braille:
1. Diciptakan oleh Tunanetra Prancis
Seperti yang tertulis di atas, huruf braille dibuat dan ditemukan oleh Louis Braille. Ia merupakan seorang tunanetra berkebangsaan Prancis.
Ia sebenarnya terlahir dengan indra penglihatan yang normal. Namun, ketika berusia 3 tahun, ia mengalami kecelakaan di ruang kerja ayahnya.
Matanya tertusuk benda tajam hingga akhirnya membuat dirinya tidak bisa melihat. Louis Braille akhirnya berhasil menciptakan huruf khusus yang namanya diambil dari namanya sendiri.
Ia juga berhasil menerbitkan buku braille pertama di usia 15 tahun. Peringatan Hari Braille Sedunia setiap 4 Januari juga bertepatan dengan tanggal lahirnya.
Â
Saksikan video pilihan berikut ini:
Semula untuk Tentara
2. Awalnya Digunakan oleh Tentara
Awalnya, huruf braille tidak ditujukan untuk tunanetra, melainkan para tentara. Huruf ini diperkenalkan oleh seorang perwira Prancis, Charles Barbies.
Ia menggunakan huruf braille untuk memberikan perintah kepada tentaranya. Para tentara juga bisa menggunakan huruf ini untuk mengirimkan pesan rahasia atau membaca di kegelapan malam.Â
Setelah Charles Barbier mengenalkan huruf ini di sekolah di mana terdapat Louis Braille, perkembangan huruf braille bagi tunanetra pun dimulai.
3. Sempat Dilarang pada Awal Kemunculannya
Huruf braille mulai diperkenalkan ke publik pada 1834. Louis Braille mengajarkan huruf ini ke murid-murid tunanetra di sekolahnya.
Sayangnya, usaha Louis Braille mengalami penolakan dari masyarakat. Penggunaan huruf braille dianggap membuat anak-anak tunanetra lebih mengenal huruf yang tidak sesuai dengan bentuk huruf aslinya.
Meski mendapat penolakan, Louis Braille tidak menyerah dan tetap mengajarkan huruf ini secara diam-diam. Hingga pada 1847, huruf braille mendapat izin untuk diajarkan kepada anak-anak tunanetra di sekolah.
4. Bentuk Huruf Braille
Huruf braille memiliki bentuk yang berbeda dengan huruf alfabet. Penyusunan huruf braille didasarkan pola enam titik timbul.
Setiap huruf dan angka akan memiliki pola titik timbul yang berbeda-beda. Tentu saja, braille merupakan kombinasi titik-titik yang timbul, bukan huruf alfabet umum yang timbul.
5. Mengikuti Perkembangan Teknologi
Perkembangan teknologi juga diikuti oleh perkembangan huruf braille. Kini, huruf braille bukan sekadar huruf yang timbul di atas kertas.
Terdapat beberapa teknologi yang sudah menerapkan penggunaan huruf braille ini. Salah satunya adalah teknologi Braille EDGE 40.
Alat ini merupakan semacam keyboard yang bisa terhubung ke komputer maupun smartphone via bluetooth. Para penggunanya bisa membaca huruf braille yang ada pada alat tersebut yang sudah terhubung dengan komputer atau smartphone mereka.Â
6. Diadaptasi ke Berbagai Mainan Anak
Tak hanya dikembangkan di bidang teknologi, huruf ini juga dikembangkan ke berbagai permainan anak. Hal ini membuat anak-anak tunanetra bisa memainkan permainan yang dilakukan oleh anak-anak lainnya.Â
Ada beberapa permainan yang sudah menerapkan huruf braille ini. Beberapa di antaranya, yakni UNO, Lego, dan monopoli.
Â
Penulis: Resla Aknaita Chak
Advertisement