Liputan6.com, Bandung - Fatimah gundah, ibu rumah tangga di Kabupaten Bandung, Jawa Barat itu baru saja mendapat pesan berantai di grup WhatsApp. Isinya foto seorang anak terbaring lemas di ranjang rumah sakit, mengenakan nurse cap hijau, dan sebelah matanya diperban. Foto itu dibarengi narasi yang isinya:
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh 🙏 mohon ibu2 tercinta,agar anak2 di awasin,gara2 main lato-lato,anak kls 3 SD,mengalami pecah bola matanya,di karenakan main lato-lato, sehingga matanya buta😥 🙏 wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh 🙏
Pesan berantai itu anehnya ditemukan lagi dengan narasi yang berbeda-beda di tiap daerah, membuat para orangtua was-was, takut biji mata anaknya tertukar dengan bola lato-lato yang keras.
Terlepas dari benar atau tidaknya isi pesan berantai tersebut, kecelakaan saat bermain lato-lato, yang menyebabkan mata pecah atau dahi benjol, atau terkena pecahan bola lato-lato sangat mungkin terjadi. Apalagi, jika lato-lato dimainkan anak-anak tanpa pengawasan orangtua.
Advertisement
Lalu permainan apa sebenarnya lato-lato? Lato-lato merupakan mainan berupa dua bola plastik berbobot padat dan keras dengan permukaan halus. Dua bola itu diikat seutas tali dengan cincin jari di tengah. Memainkan lato-lato butuh ketangkasan dengan mengandalkan keterampilan fisik.
Secara umum, cara memainkannya adalah dengan mengayunkannya secara cepat hingga dua bola saling berbenturan dan menghasilkan bunyi yang khas. Konon, bunyi benturan dua bandul bola pada lato-lato yang khas menjadi daya tarik yang membuat pemainnya ketagihan untuk terus-terusan memainkannya.
Lato-lato ternyata sudah populer di Amerika Serikat sejak tahun 60-an. Penamaannya pun berbeda-beda, ada yang menyebutnya dengan clackers, click-clacks, knockers, dan masih banyak lagi. Di Indonesia sendiri permainan ini muncul pada era 90-an.
Di Indonesia, istilah lato-lato berasal dari bahasa Makassar, yakni latto-latto, yang berarti bunyi-bunyi. Ada juga yang menyebutnya dengan nok-nok, di Gorontalo.
Melansir dari Groovy History, sejak awal kemunculannya di Amerika Serikat, lato-lato dikenal sebagai permainan yang cukup membuat ibu-ibu di negeri Paman Sam itu khawatir, karena dianggap berbahaya dan bisa menyebabkan cedera.
Cara memainkan lato-lato yang dibenturkan dengan cepat bisa menyebabkan bola lato-lato pecah atau lepas dari talinya dan membuat anak cedera. Terlebih, suara bising yang dihasilkannya juga dianggap mengganggu konsentrasi dan kenyamanan.
Sekarang mainan lato-lato kembali hits di Indonesia. Di kampung-kampung, di desa dan perkotaan, di gang-gang sempit hingga ke komplek perumahan mewah, tiap anak memainkan lato-lato. Lato-lato bahkan jadi ajang perlombaan. Di Sidoarjo, Jawa Timur, seorang bocah dapat hadiah kambing usai memecahkan rekor memainkan lato-lato tanpa henti selama berjam-jam.
Sementara di sisi lain, laporan kecelakaan saat memainkan lato-lato juga terus muncul. Video-video yang menggambarkan efek negatif lato-lato viral di media sosial.
Tak mau kecolongan potensi bahaya lato-lato, Pemerintah Kota Bandung melalui Dinas Pendidikan (Disdik) menerbitkan surat nomor B/PK.03.02/485-DISDIK/I/2023 tentang Kegiatan Pembelajaran Semester II. Di mana pada poin dua menekankan, agar seluruh ekosistem satuan pendidikan dan orang tua peserta didik untuk bersama-sama saling mengawasi maraknya permainan konvensional maupun digital.
Selain itu, siswa tidak membawa atau bermain segala bentuk permainan yang tidak berkaitan dengan pembelajaran (KBM) ke dalam lingkungan sekolah.
Poin tersebut diejawantahkan pada soal permainan lato-lato yang sedang tren saat ini. Adanya suara yang ditimbulkan dari permainan tersebut dianggap telah mendistraksi kegiatan belajar mengajar (KBM).
Kepala Disdik Kota Bandung Hikmat Ginanjar mengatakan, banyak aneka permainan untuk tumbuh kembang anak. Namun perlu adanya pendampingan dan diberi pemahaman dari orangtua. Sehingga dibutuhkan kerja sama agar tidak sampai mencelakai siapapun.
Hikmat menjelaskan, ada banyak informasi di media sosial bahwa permainan lato-lato memakan korban. Mengakibatkan anggota tubuh lebam bahkan ada yang harus mendapat tindakan medis di daerah lain.
"Untuk mencegah kondisi yang tidak diinginkan, Dinas Pendidikan mengeluarkan edaran yang melarang membawa mainan yang tidak berkaitan dengan proses KBM di sekolah," kata Hikmat dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Kamis (12/1/2023).
Lato-lato permainan jadul yang tengah viral dimainkan di masyarakat Indonesia. Memiliki banyak manfaat, tetapi juga terdapat dampak negatif jika tidak dimainkan dengan benar.
Ramai-Ramai Larang Lato-Lato
Setali tiga uang dengan Disdik Bandung, Disdikbud Kota Banda Aceh juga telah mengeluarkan surat edaran larangan membawa dan bermain lato-lato di lingkungan satuan pendidikan atau sekolah di Ibu Kota Provinsi Aceh.
Kepala Disdikbud Banda Aceh Sulaiman Bakri menegaskan, surat edaran itu berlaku untuk semua sekolah jenjang sekolah di Provinsi Aceh, mulai dari TK, SD, dan SMP, hingga SMA. Sulaiman mengatakan, larangan tersebut dibuat karena permainan lato-lato dinilai dapat membahayakan siswa-siswi, bunyinya juga sangat mengganggu kenyamanan selama proses belajar mengajar.
"Bunyinya dan tingkat keamanannya cukup mengganggu kondusivitas belajar mengajar di lingkungan sekolah," ujarnya.
Kebijakan larangan tersebut, kata Sulaiman, juga sebagai salah satu upaya mengantisipasi kemungkinan terjadinya hal membahayakan bagi peserta didik yang ditimbulkan dari permainan tersebut.
Selain itu, ketentuan itu juga telah sesuai imbauan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemenristekdikti) RI yang mengatur tentang kewajiban setiap sekolah membuat lingkungan satuan pendidikan yang kondusif, nyaman, tertib, dan terhindar dari kondisi yang membahayakan peserta didik.
Sulaiman hanya menyarankan, para pelajar agar bisa memanfaatkan waktu luang di sekolah dengan permainan bermanfaat untuk pendidikan, seperti program literasi dan numerasi sekolah.
Selain itu, Sulaiman juga meminta kepada para guru atau tenaga pendidik untuk melakukan sosialisasi melalui berbagai media sosial tentang bahaya dari permainan lato-lato jika tidak dalam pengawasan orang dewasa atau profesional.
"Tidak ada sanksi yang diberikan, tetapi sekolah diharapkan dapat memberikan edukasi tentang permainan yang bermanfaat bagi pendidikan dengan arif dan bijaksana," kata Sulaiman.
Tak hanya Bandung dan Aceh, larangan memainkan lato-lato di lingkungan sekolah juga muncul di Semarang, Jateng. Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Disdik Kota Semarang Suwarto, Rabu kemarin (11/1/2023) mengatakan, larangan tersebut telah disampaikan Disdik Kota Semarang melalui koordinator-koordinator satuan pendidikan (korsatpen) untuk disampaikan kepada sekolah di seluruh jenjang pendidikan.
Kepala Bidang Sekolah Dasar (SD) Disdik Kota Semarang Hidayatullah menjelaskan, sekolah diminta membuat surat edaran kepada orangtua siswa mengenai larangan membawa lato-lato.
"Lato-lato kalau kena mata dan kepala kan bahaya karena itu (bahannya) keras. Di beberapa daerah, lato-lato juga sudah memakan korban. Makanya, kami minta sekolah mengawasi siswanya," katanya.
Di samping membahayakan karena terbuat dari material keras dan cara memainkannya yang dibentur-benturkan, suara yang ditimbulkan permainan itu juga bising sehingga bisa mengganggu kegiatan pembelajaran.
"Kami kewenangannya kan hanya di sekolah. Tidak bisa melarang mereka memainkannya di rumah. Namun, semestinya perlu kesadaran orangtua untuk mengawasi dan mengingatkan anaknya dalam bermain," katanya.
Selain melarang, Disdik juga meminta korsatpen untuk mendata sekolah-sekolah yang ada di wilayahnya mengenai temuan siswa yang membawa lato-lato dan sejauh ini sudah terkondisikan dengan baik.
Pemerintah Kabupaten Kubu Raya, Kalbar pun demikian. Ada urgensi yang mendesak untuk menerbitkan surat edaran larangan permainan lato-lato di satuan pendidikan.
Sama halnya dengan para guru dan mentor yang lain, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kubu Raya M Ayub, Rabu (11/1/2023) mengatakan, permainan lato-lato menimbulkan suara bising yang dapat mengganggu suasana belajar di sekolah, apalagi juga berpotensi mengakibatkan cedera.
Terkait hal itu, kata Ayub, seluruh warga satuan pendidikan dilarang membawa dan memainkan lato-lato di lingkungan satuan pendidikan.
"Diminta agar kepala satuan pendidikan membuat regulasi larangan dan sanksi terkait permainan lato-lato di lingkungan satuan pendidikan," ujarnya.
Ayub melanjutkan, kepala satuan pendidikan juga diminta melakukan koordinasi dan komunikasi intensif dengan Komite Sekolah dan orang tua peserta didik.
"Pendidik dan tenaga kependidikan wajib mengawasi agar peserta didik tetap aman selama berada di lingkungan satuan pendidikan," ucapnya.
Sebelumnya diberitakan, bahwa seorang siswa kelas 3 SD Negeri Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya, bernama Arfa Naizar, menjadi korban permainan lato-lato. Ia mengalami cedera mata sebelah kiri hingga harus dirawat di rumah sakit.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kubu Raya Marijan mengungkapkan, saat ini korban telah memasuki masa pemulihan setelah sempat dirawat selama dua hari di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Soedarso Pontianak.
"Serpihannya memasuki mata dan mengakibatkan bola mata tersebut luka. Sehingga pada saat terkena, si korban tidak bisa membuka matanya. Lalu orang tuanya bergegas membawa ke Rumah Sakit Sudarso untuk dilakukan penanganan dan korban pun dirawat selama dua hari," tuturnya.
Advertisement
Dilarang di Sejumlah Negara
Tak hanya di dalam negeri, sejumlah negara juga melarang anak-anak bermain lato-lato. Salah satunya adalah negara di mana permainan itu pertama kali muncul, yaitu Amerika Serikat. New York Times pada 12 Februari 1971 pernah memberitakan ada empat orang cedera karena bermain clackers yang di Indonesia disebut lato-lato.
Saat itu juga Food and Drug Administration (FDA) AS langsung mengeluarkan peringatan nasional terhadap bahaya bermain clackers, mainan yang popularitasnya mirip dengan hula-hoop di tahun-tahun sebelumnya.
FDA juga mengumumkan pihaknya akan menguji clackers yang diproduksi banyak perusahaan kala itu, untuk mencari tahu sejauh mana potensi bola bandulan pecah saat dipantulkan secara keras, sebelum memutuskan untuk melarang seluruh produksi clackers beredar di AS.
Larangan ini menarik perhatian Society for the Prevention of Blindness yang menjadi juara melawan bahaya para clackers. Sejumlah komite dan organisasi bermunculan di sekitar bahaya para clackers; menurut sebuah esai oleh Sarah Slobin di Quartz.
Lato-lato kemudian kehilangan 'kekuatan' ketika US Consumer Product Safety Commission (Komisi Keamanan Produk Konsumen AS) menganggap mainan itu sebagai "bahaya mekanis". Orangtua di seluruh penjuru AS pun bergembira karena lato-lato era itu menghilang dari pasar.
Sejak itu, tak ada lagi suara menusuk telinga, yang bagi sebagian orang sangat menyenangkan, membuat ketagihan.
Negara lain yang melarang peredaran lato-lato adalah Inggris. Mengutip situs Cover Cloud, diketahui bahwa lato-lato atau clackers ini juga masuk dalam daftar mainan yang telah dilarang selama bertahun-tahun di seluruh penjuru Inggris.
Mainan yang banyak mematahkan pergelangan tangan anak-anak di Sekolah Dasar di seluruh Inggris pada tahun 70-an. Dua bola plastik yang diikatkan pada seutas tali yang dapat dipegang pengguna untuk membuat bola-bola itu berbenturan satu sama lain.
Selain itu, bola-bola itu kadang-kadang meledak dan pecahannya menyembur sehingga membahayakan.
Mesir juga menjadi salah satu negara yang melarang permainan lato-lato. Tidak ada yang benar-benar tertarik memainkannya saat ini, kecuali anak-anak di Mesir pada tahun 2017.
Ternyata, di Mesir mainan itu disebut "bola sisi", yang disebut-sebut secara sinis mengacu pada buah zakar Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi.
Tentu saja, begitu "bola sisi" menjadi populer, polisi mulai menangkap penjual dan menyita 1.403 pasang mainan tersebut. Untuk beberapa alasan aneh, mereka dianggap menyinggung pemerintah.
Menuai Pro dan Kontra
Meski banyak pemerintah daerah dengan tegas melarang siswa membawa dan memainkan lato-lato di lingkungan sekolah, ternyata ada juga pemda yang beranggapan pelarangan lato-lato di sekolah tidak perlu pakai surat edaran. Di Palangkaraya misalnya, disdik setempat tidak melarang siswa memainkan lato-lato di sekolah.
"Kami masih belum perlu mengeluarkan pelarangan mainan lato-lato di sekolah yang berada di daerah ini," kata Kepala Dinas Pendidikan Kota Palangkaraya Jayani, Rabu (11/1/2023).
Menurut Jayani, sampai saat ini tidak ada sekolah yang menyampaikan keluhan-keluhan mengenai permainan lato-lato tersebut. Jika pihak sekolah ada yang merasa terganggu dipersilahkan saja untuk melarang peserta didiknya membawa permainan itu ke sekolah.
Meski demikian, Jayani menyarankan para siswa tidak memainkan lato-lato di dalam kelas saat jam belajar, sebab dapat mengganggu aktivitas belajar mengajar.
"Saya mengimbau kalau bermain lato-lato jangan lah di dalam kelas, takutnya itu dapat mengganggu murid yang sedang melaksanakan proses belajar mengajar dan lain sebagainya," ucapnya.
Jayani mengatakan bermain lato-lato di lingkungan sekolah bisa pada jam istirahat saja dan jangan sampai permainan lato-lato mengganggu kegiatan belajar mengajar di sekolah.
"Apapun keputusan sekolah terkait permainan itu, kami menyerahkan kepada pihak sekolah boleh atau tidaknya bermain lato-lato di sekolah," ungkapnya.
Jayani menambahkan, permainan lato-lato tentunya harus diawasi oleh orang dewasa. Sebab, apabila permainan itu disalah fungsikan bisa berbahaya bagi yang memainkan permainan tersebut.
Harus diakui, dengan maraknya permainan tersebut dimainkan anak-anak memberikan dampak positif yang cukup signifikan. Salah satunya untuk mengasah gerak motorik anak serta mengurangi permainan game online yang tersedia di handphone.
"Ada sisi positif dan ada sisi negatif dari permainan tersebut, semoga saja yang selalu kita dapatkan hal baiknya dan hal buruknya kita tinggalkan," ujar Jayani.
Sepaham dengan Jayani, Kadisdik Pora Yogyakarta, Budhi Asrori, Kamis (12/1/2023) mengatakan, bagaimana pun lato-lato adalah permainan, sehingga siapa pun boleh memainkannya, termasuk siswa sekolah. Tetapi perlu pengawasan guru atau orang tua mengingatkan jika sudah mengganggu aktivitas belajar atau kegiatan lain.
Dia menilai, menjamurnya permainan lato-lato saat ini dinilai bisa menjadi momentum untuk lebih memperkenalkan permainan tradisional ke siswa dan mengalihkan fokus siswa dari gawai. Meski demikian, sekolah juga punya hak untuk mengingatkan atau melarang jika permainan tersebut sudah mengganggu aktivitas belajar mengajar di sekolah, karena pada dasarnya sudah ada tata tertib yang melarang aktivitas yang mengganggu kegiatan belajar mengajar.
Sampai saat ini, kata Budhi, pelarangan memainkan lato-lato di sekolah belum diperlukan, mengingat sampai saat ini belum ada keluhan dari sekolah terkait permainan yang tengah viral tersebut.
"Sampai sekarang kami belum menerima keluhan tentang permainan tersebut," katanya.
Merespons banyaknya surat edaran larangan membawa dan memainkan lato-lato di sekolah, Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Dian Sasmita punya pandangan berbeda. Dian mengatakan, sebaiknya sekolah dapat memberikan ruang terbuka kepada siswa untuk mewadahi kreativitas. Hanya perlu edukasi dalam penjelasan memainkan lato-lato ditekankan agar tidak mengganggu jam pelajaran sekolah.
"Pemerintah seperti sekolah atau dinas kebudayaan atau pariwisata dapat mewadahi kreativitas anak terhadap lato-lato. Misalnya, lomba menggambar lato-lato atau bikin instalasi dari lato-lato atau mural tema lato-lato," katanya, Selasa (10/1/2023).
"Artinya, pemerintah perlu sadari bahwa setiap anak membutuhkan dan punya hak untuk bermain. Namun, apakah pemerintah setempat sudah memfasilitasi ruang bermain ramah anak?" sambungnya.
Dian menekankan, agar tidak terlalu terburu-buru melarang anak main lato-lato. Di rumah, misalnya, orangtua bisa bermain lato-lato bersama anak. Mainan anak lato-lato dapat membuat anak gembira.
"Jadi, jangan terburu-buru melarang anak bermain (lato-lato). Temani anak bermain. Karena fase tumbuh kembang anak akan optimal jika mereka dapat bermain dengan gembira dan aman," tegasnya.
Dian Sasmita juga menuturkan, lato-lato sebenarnya bukan permainan baru. Itu adalah permainan zaman dulu alias jadul yang biasa dimainkan anak-anak.
"Sekarang ada fenomena permainan baru, tak hanya orang dewasa namun juga anak anak. Permainan sederhana yang sebenarnya bukan hal baru," tuturnya.
"Karena zaman saya kecil juga sudah ada. Hanya tidak semarak sekarang," ungkapnya.
Bagi Dian, permainan lato-lato serupa main kelereng dan layangan, yang mana harus membutuhkan keterampilan.
"Anak bermain lato-lato, bermain kelereng, bermain layangan, sama-sama membutuhkan skill (kemampuan) khusus. Latihan yang berulang-ulang akan membuat mereka terampil," katanya.
"Selama latihan tersebut, jika ada goresan atau kapalan karena permainan adalah wajar," tambah Dian.
Ada juga manfaat memainkan lato-lato, yakni akan melatih gerak tangan dan konsentrasi anak.
"Saya sangat menghargai keterampilan memainkan lato-lato. Karena saya pribadi memainkannya pun tak langsung bisa. Butuh koordinasi gerak tangan yang stabil dan konsentrasi," pungkas Dian.
Advertisement
Media Healing Pelepas Pening
Pemerhati Anak (Child Expert) Retno Listyarti punya pandangannya sendiri tentang lato-lato. Terlepas dari banyaknya larangan di berbagai daerah agar tidak membawa lato-lato ke sekolah, baginya permainan jadul tersebut juga punya segudang sisi positif.
Misal dapat mengurangi anak kecanduan game online. Dengan main lato-lato yang biasanya bersama dengan teman-teman lain, perlahan-lahan paparan main game pada layar ponsel atau media lain berkurang.
"Lato-lato bisa mengalihkan dan mengurangi dampak kecanduan gawai yang saat ini banyak dialami oleh anak-anak. Mainan ini bisa menstimulus kemampuan motorik anak, meningkatkan fungsi koordinasi antara kemampuan kognitif dan motorik," katanya, Selasa (10/1/2023).
"Fungsi koordinasi antara kognitif dan motorik halus di tangan anak ini terjadi ketika anak berusaha memainkan lato-lato hingga menimbulkan bunyi etek-etek," sambung Retno.
Tak hanya itu saja, mainan lato-lato dapat melatih anak untuk fokus dan konsentrasi. Anak juga dapat menjaga keseimbangan.
"Berpotensi memunculkan sikap kompetitif atau mendorong anak untuk mencapai target untuk berjuang sampai bisa memenangkan momen itu (membenturkan bola)," lanjut Retno.
Dari sisi mental, Retno Listyarti menyampaikan, lato-lato bisa jadi media buat healing. Hal ini ditandai saat bermain lato-lato membuat tertawa.
Di kalangan anak-anak, harga lato-lato juga terjangkau dan murah meriah. Tak ayal, banyak anak menyerbu para penjaja lato-lato.
"Permainan lato-lato juga dapat menjadi healing secara sederhana. Karena permainan ini mampu membuat anak-anak yang memainkannya tertawa, merasakan senang, dengan harga yang murah dan terjangkau," ujar Retno.
Permainan lato-lato kini sedang hits di hampir seluruh wilayah di Indonesia. Bahkan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sempat memainkan lato-lato bersama Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil saat mengunjungi sebuah pasar di Subang, beberapa waktu lalu.
Demam lato-lato juga membawa keceriaan. Hal itu tergambar dari video yang diunggah akun TikTok @muhammad07057, pada Kamis, 5 Januari 2023 lalu. Alih-alih disambut alunan musik romantis atau rebana, pasangan pengantin justru disambut anak-anak yang berbaris rapi sambil memainkan lato-lato di lokasi resepsi.
"Sambut dengan rebana X
Sambut dengan Latto-Latto V," tulis pemilik akun dalam keterangan unggahannya.
Suara lato-lato yang khas itu membuat suasana pernikahan semakin meriah. Wajah tamu undangan yang biasanya tegang kini malah jadi tertawa. Pengantin dan keluarga yang hadir pun juga ikut tertawa geli melihat kelakuan anak-anak yang menyambut mereka dengan lato-lato. Yang lebih mengesankan lagi, anak-anak itu terlihat lihai memainkannya.
Hasilnya, suara yang dihasilkan dapat bertahan lama hingga pengantin masuk ke pelaminan. Mereka yang memainkan lato-lato sepertinya diseleksi dulu dan yang terpilih adalah yang benar-benar sudah mahir memainkannya.
Video lato-lato dalam momen pernikahan yang diunggah pun menjadi viral. Warganet ikut terhibur dengan konsep pernikahan yang unik tersebut.
"Dah lah lato2 bentar lagi jadi tradisi nikah," komentar seorang warganet.
"Pengantin nya tau aja. nyewa Hadroh bisa Rp500 ribu-1 jutaan jutaan. cukup mengundang bocil kampung suruh main lato lato kayaknya gak nyampe 100 ribu udah bisa," komentar warganet lainnya.
Jika memainkan lato-lato mengundang segudang kesenangan bagi anak-anak lalu mengapa harus dilarang?
Sekretaris Disdik Kota Bandung, Tantan Surya Santana mengakui, lato-lato sebagai permainan tradisional yang sudah lama ada punya banyak manfaat, antara lain melatih motorik anak, olahraga tangan, dan menciptakan komunikasi lagi antaranak untuk mau bermain bersama. Bahkan bisa mengurangi ketergantungan anak-anak pada gawai yang selama ini sudah luar biasa.
Meski begitu, Tantan hanya mengimbau, para siswa main lato-lato boleh saja, tetapi jangan sampai mengganggu aktivitas belajar mengajar di sekolah.
"Jadi tidak boleh ada distraksi. Untuk di sekolah, kami membuat surat imbauan kepada seluruh satuan pendidikan. Bukan melarang memiliki lato-lato, tapi jangan memainkan lato-lato di sekolah saat jam belajar," kata Tantan.
Ia menambahkan, anak-anak boleh membawa dan memainkannya, tapi jangan sampai di waktu-waktu kegiatan belajar berlangsung.
"Kami sudah imbau kepada sekolah. Mudah-mudahan bukan hanya lato-lato, tapi seluruh permainan baik konvensional maupun digital. Baiknya memang dimainkan di luar sekolah saja," ujarnya.
Nampaknya pesan Disdik Kota Bandung dan daerah lain yang melarang siswa membawa dan memainkan lato-lato di sekolah sangat jelas, mereka tidak mau pihak sekolah kecolongan dan disalahkan jika ada insiden kecelakaan saat siswa memainkan lato-lato di sekolah.
Melihat banyaknya laporan anak-anak cedera karena bermain lato-lato, sudah saatnya para pelajar punya kesadaran untuk lebih bijaksana saat memainkannya. Tahu tempat dan waktu serta tidak berlebihan. Para orangtua juga dituntut mau mengawasi anak-anaknya yang masih kecil saat bermain lato-lato.
Reporter: Fitri Harsono