Liputan6.com, Sukoharjo - UNICEF pada tahun 2021 lalu menyebut dari 58,182 balita sedikitnya 1 dari 5 balita di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, mengalami stunting. Artinya 5,9 persen balita mengalami gizi buruk atau sekitar 3.400 balita terserang kekurangan gizi.
Sementara itu, Kecamatan Polokarto menjadi daerah dengan angka tertinggi penyumbang stunting. Kecamatan terluas itu naik satu persen dari taget yang seharusnya bisa turun dari 7,7 persen penderita stunting hingga akhir Desember 2022 lalu malah mencapai 8,7 persen.
Menyikapi hal tersebut Kepala Puskesmas Polokarto, Novia Dwi Ernawati menyebut pihaknya sudah melakukan berbagai upaya dalam menekan angka stunting di wilayahnya.
Advertisement
Baca Juga
"Kita targetnya 7,7 persen malah naik menjadi 8,7 persen. Rata-rata penderita stunting di sini kekurangan gizi kronis sehingga pertumbuhannya terganggu," kata Novia kepada Liputan6.com, Jumat (13/1/2022).
Dia menyebut wilayah Polokarto menjadi penyumbang stunting dengan jumlah mencapai 542 anak menderita gizi buruk. Pihaknya telah melakukan sosialisasi sebagai salah satu cara untuk menekan angka tingginya stunting di wilayahnya dengan memberikan edukasi kepada stakeholder terkait yang betugas langsung di masyarakat.
Â
Saksikan Video Pilihan Ini:
Program Penanganan Jangka Panjang
"Kader-kader yang langsung bertugas di lapangan seperti bidan desa. Mereka juga ada pendampingan pelacakan bumil, kita sosialisasai untuk kader yaitu penambahan pengetahuan tentang stunting itu sendiri karena kader kan ujung tombak di masyarakat," tutur dia.
Salah satu cara menekan angka stunting menjadi zero atau nol terus dilakukan, Novia melanjutkan pihaknya memberikan vitamin penambah darah kepada calon penganten atau para remaja putri.Â
"Kita berikan tablet FE untuk remaja putri mulai dari tingkat SMP dan SMA, sebagai salah satu upaya kita menekan angka stunting di wilayah Polokarto," kata Novia.
Sementara itu, Camat Polokarto Hery Mulyadi menambkan empat desa dengan jumlah stunting tersebut adalah Desa Wonorejo, Mranggen, Kemasan dan Desa Bakalan, sementara Desa Bakalan menjadi desa tertinggi angka stunting di kecamatan Polokarto.
"Untuk stunting di sini awal memang ranking tertinggi di wilayah polokarto, demikian kita sudah melakukan upaya pencegahan dan penurunan angka stunting di Polokarto melalui beberapa program," tutur dia.Â
Hery mengaku upaya tersebut pihaknya mengajak semua stakeholder ikut berperan aktif demi menekan angka penderita stunting di wilayahnya, salah satunya dengan memberikan edukasi dan memberikan vitamin tambahan.Â
"Melalui puskesmas diberikan pil cantik untuk mengurangi risiko melahirkan anak dengan kondisi stunting, kemudian dari pihak PLKB posyandu remaja, dan KUA program membuka kelas calon pengantin/catin," ucapnya.
Bahkan, menurut Hery melalui anggaran dana desa ada anggaran khusus untuk menangani stunting tersebut dengan memberikan vitamin atau makanan tambahan untuk masyarakat khususnya balita yang dilakukan oleh posyandu. Makanan tambahan yang diberikan berupa susu, makanan bergizi, dan buah-buahan.
"Saat ini Pemerintad Desa melalui APBDES malah menganggarkan khusus untuk penanganan khusus stunting. Langsung diberikan ke obyek melalui PMT (penambahan makanan tambahan) di posyandu," kata dia.
Advertisement