Sukses

Gutel, Warisan Kuliner Khas Suku Gayo Penangkal Lapar Penyembuh Rindu

Masyarakat Aceh terdiri beberapa suku, salah satugnya Gayo. Penduduk yang tinggal di dataran tinggi ini, memiliki kuliner dengan kelezatannya yang tak bisa diragukan lagi hinga memiliki nilai sejarah, salah satunya gutel.

Liputan6.com, Jakarta - Masyarakat Aceh terdiri beberapa suku, salah satugnya Gayo. Penduduk yang tinggal di dataran tinggi ini, memiliki kuliner dengan kelezatannya yang tak bisa diragukan lagi hinga memiliki nilai sejarah, salah satunya gutel.

Gutel merupakan makanan tradisional warisan leluhur Suku Gayo. Para nenek moyang mereka terdahulu mampu mengolah bahan dasar dari alam, menjadi makanan yang layak dikonsumsi dan bertahan lama.

Saking legendarisnya, gutel telah terdaftar sebagai warisan budaya takenda dari Provinsi Aceh sejak 2019. Bahkan kuliner khas Gayo ini menjadi makanan paling berharga yang dibutuhkan ketika masa penjajahan seperti pada perang gerilya melawan Belanda dan Jepang.

Tak hanya itu, ketika orang Gayo pergi ke tempat jauh selalu dibekali gutel. Bukan saja menyangga lapar, tapi makanan ini menjadi obat rindu kepada keluarga dan orang terdekat. Karena gutel biasanya dibuat dari para tangan kreatif para perempuan di rumah.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 2 halaman

Simak video pilihan berikut ini:

Makanan ini berbentuk lonjong yang terbuat dari beras, kelapa, garam, dan air. Untuk memasaknya, dimulai dari merendam beras, lalu ditumbuk dengan kelapa, garam, dan sedikit air kelapa.

Setelah semua bahan tercampur, adonan dikepalkan lalu digulung dengan daun pandan. Masing-masing gulungan diisi dengan dua buah gutel. Setelah itu, dikukus hingga beberapa saat dan siap dihidangkan.

Kelayakan gutel untuk dikonsumsi dapat bertahan hingga satu bulan. Itulah mengapa makanan ini sering dijadikan bekal perjalanan jauh sebagai pengganjal lapar untuk menambah energi.

Sampai kini, gutel masih dihidangkan pada berbagai upacara adat dan keagamaan. Selain itu, di berbagai acara penting pemerintah juga kerap dihidangkan sebagai cara melestarikan makanan bersejarah ini.

Bahkan beberapa kafe juga masih ada yang menjualnya. Namun sayangnya, keberadaan gutel kurang diminati oleh generasi muda, karena lebih memilih makanan cepat saji yang lebih modern dan instan.