Liputan6.com, Jakarta - Jumlah angkatan kerja pada Agustus 2022 mencapai 143,72 juta orang, naik 3,57 juta orang dibanding periode serupa tahun lalu.
Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) memperkirakan kesempatan kerja di Indonesia terbuka untuk 133,82 juta orang pada 2022. Artinya terdapat 9,9 juta orang yang tak kebagian kesempatan kerja.
Ditemui dalam kegiatan Integrated Career Expo 2022 yang diselenggarakan 14-15 Desember 2022, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Hariyadi B. Sukamdani menyebut, minimnya serapan tenaga kerja disebabkan pertumbuhan korporasi yang tak berbanding lurus dengan jumlah angkatan kerja.
Advertisement
Maka dari itu, diperlukan kerja sama antara industri, lembaga pendidikan tinggi, dan pemerintah.
"Diperlukan perubahan tata kelola dalam mendukung terserapnya angkatan kerja baru. Penyerapan tenaga kerja ini perlu mendapatkan prioritas karena kendala utama ada di terbatasnya lapangan pekerjaan," jelas Hariyadi.
Ia menyebut suksesnya perkonomian suatu bangsa diperlukan angkatan kerja yang mempunyai kompetensi tinggi dalam bidang - bidang tertentu.
Baca Juga
"Untuk itu, diperlukan adanya sinergi antara dunia pendidikan dengan dunia usaha melalui sistem vokasi," jelasnya.
Pihaknya mendorong pengembangan jiwa kewirausahaan di kalangan mahasiswa untuk meningkatkan jumlah lapangan pekerjaan, guna meningkatkan daya serap lulusan universitas.
Integrated Career Expo merupakan kegiatan bursa karir kolaborasi antara Universitas Pertamina (UPER) dan APINDO yang berlangsung pada 12 - 15 Desember 2022.
Kegiatan yang diikuti oleh berbagai perusahaan anggota APINDO tersebut bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi para mahasiswa maupun alumni UPER untuk berinteraksi bersama representatif dari berbagai perusahaan anggota APINDO.
Dalam rangkaian Career Expo tersebut, sejumlah 23 perusahaan anggota APINDO mengikuti jobfair yang digelar secara offline dan online dengan membuka kurang lebih 200 posisi jabatan kerja. Selain itu, juga digelar seminar oleh narasumber praktisi anggota APINDO.
Â
Â
Â
Disrupsi
Pada kesempatan yang sama, Plt Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Prof. Nizam, mengemukakan di era disrupsi, pesatnya perkembangan industri juga menjadi kendala rendahnya daya serap angkatan kerja baru.
Pernyataan Nizam selaras dengan temuan Lembaga Demografis Universitas Indonesia dalam survei angkatan kerja nasional 2015.
Vertical mismatch atau ketidaksesuaian pekerjaan dengan tingkat pendidikan dan upah di Indonesia mencapai 53,33 persen. Sementara itu, horizontal mismatch atau ketidaksesuaian kualifikasi pekerjaan dengan latar pendidikan mencapai 60,52 persen.
Sementara Rektor Universitas Pertamina, Prof. I Gusti Nyoman Wiratmaja Puja mengatakan untuk semakin meningkatkan kompetensi lulusan yang terampil dan siap kerja, diperlukan sinergi antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan dunia usaha.
"Program pemagangan industri baik di perusahaan-perusahaan ekosistem Pertamina maupun lainnya, merupakan upaya Universitas Pertamina dalam menghasilkan lulusan yang siap kerja," ujarnya.
Â
Advertisement